Selasa, 10 Februari 2015

AL QURAN : Belajar Membaca


> Rosululloh bersabda :"Barang siapa mengajarkan kpd anaknya satu ayat al Qur'an mk hal itu lbih baik bginya drpd ibadah slama seribu tahun yaitu bpuasa disiang haridan solat dmalam hari slama seribu tahun dan lbih baik baginya drpd seribu dinar yg ia sdekahkan kpd kaum fakir miskin". (Abu Hurairah)

> "Bacalah oleh kalian al Qur'an, ssunggunya al Qur'an akan mberikan syafaat bg para pemiliknya (org2 yg suka mbcanya.pen)pada hari kiamat".Rosululloh bsabda:"Barang siapa yg mbaca satu huruf dr al Qur'an, mk baginya satu kebaikan dan stiap kbaikan sama dg sepuluh kebaikan. Hendaklah sseorang mbaca al Qur'an krn keutamaan mbacanya d untuk mdptkan bbagai kebaikan, bkn u,tuk mdapatkan dunia"

PELAJARI AL QUR’AN
Sudahkah Anda Membaca Al-Qur’an Hari Ini?.
Berapa Ayat yang Anda Baca Hari Ini?
Berapa Ayat yang Anda Pahami Hari Ini?
Berapa Ayat yang Anda Renungkan Hari Ini?
Sudahkah Anda Mengamalkannya?
Sudahkah Anda Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur’an?..

Hidup Terindah Adalah Hidup Di Bawah Naungan Al-Qur’an.. Tidak Ada Yang Lebih Indah Dari Itu.. Hidup Yang Penuh Kepastian.. Kehidupan Selain Itu Adalah Semu.. Orang Beriman Selalu Rindu Al-Qur’an.. Cinta Allah Berarti Cinta Al-Qur’an.. Dibaca, Dipelajari, Direnungkan dan Diamalkan..

Mari Kembali Ke Al-Qur’an..
Bacalah oleh kalian al Qur’an. Sesungguhnya Al Qur’an akan memberikan syafaat bagi para pemiliknya (orang-orang yang suka membacanya, pen) pada hari kiamat.”.

>Rasulullah saw. bersabda :"Barangsiapa hendak berdialog dengan Allah s.w.t. maka bacalah Al-Quran"
>Rosul saw bersabda,”Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan sama dengan sepuluh kebaikan.” Hendaklah seseorang membaca al Qur’an karena keutamaan membacanya dan untuk mendapatkan berbagai kebaikan bukan untuk mendapatkan dunia.”
>Rasulullah saw bersabda: "Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca)." (HR. Al-Bazzar).
>Riwayat dari Utsman ibn Affan r.a. berkata :Rasulullah saw bersabda :"Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Quran lalu mengajarnya."
>Rasulullah saw bersabda:"Kau pergi dipagi hari lalu kau belajar satu  ayat dari Kitab Allah s.w.t. (AL-QURAN), sungguh hal itu lebih baik  bagimu daripada engkau lakukan sholat  seratus rakaat."
>Rasulullah saw bersabda :"Barangsiapa mengajarkan kepada anaknya satu ayat Al-Quran maka hal itu lebih baik baginya daripada ibadah selama seribu tahun, (yaitu) berpuasa disiang hari dan solat dimalam hari selama seribu tahun dan lebih baik baginya daripada seribu dinar yang ia sedekahkan kepada kaum fakir miskin".[Abu Hurairah].
>Rasulullah saw bersabda: "Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila  kamu tidak menangis maka usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang  engkau baca)." (HR.all-Bazzar).

Keutamaan membaca al Qur’an,
Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al-Ma’idah: 15-16).

Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih:" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'" (QS. Al-Isra': 109).

Carilah hatimu sewaktu membaca al Qur’an
Jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan sholat.
Jika tidak ditemui, carilah hatimu ketika duduk bertafakur mengingati mati.
Jika kau tidak temui juga, berdoalah kepada Allah minta hati yang baru."

Adab membaca AlQuran :
Ibnu Katsir menyebutkan : "Hendaknya tidak menyentuh Al Quran dan tidak membacanya kecuali dia dalam keadaan sudah bersuci, bersiwak sebelum membacanya, memakai pakain yang terbagus, menghadap kiblat, berhenti membacanya ketika menguap (ngantuk), hendaknya tidak memutus bacaan dengan perkataan kecuali bila perlu, hendaknya konsentrasi, ketika membaca ayat yang menjanjikan hendaknya meminta, dan ketika membaca ayat tentang ancaman hendaknya meminta perlindungan, hendaknya tidak meletakkan Al Quran dibawah dan tidak meletakkan sesuatu diatasnya, hendaknya tidak mengeraskan sebagian bacaan atas bagian lainnya, hendaknya tidak membaca dipasar dan tempat-tempat keramaian".

> BagaimanaQuran itu dibaca : Anas RA ditanya  tentang bacaan Nabi Saw, dian menjawab: Beliau membaca panjang, ketika membaca بسم الله الرحمنالرحيمmemanjangkan بسم الله,memanjangkan الرحمن dan memanjangkan الرحيم  (HR. Bukhari).
> Dilipatgandakanpahala bacaan : setiap orang yang membaca Al Quran dengan ikhlas karena Allahmaka itu berpahala, tapi pahalanya itu dilipatgandakan ketika dia menghayatidengan hati dan memahami yang dibaca, satu huruf berpahala sepuluh kebaikansampai tujuh ratus kali.
> Standarayat yang dibaca dalam sehari semalam : para sahabat Nabi Saw menjadikan ukurantertentu pada diri mereka masing-masing setiap hari, dan satupun dari merekayang menghatamkan Al Quran kurang dari 7 hari, bahkan ada larangan menghatamkanAl Quran kurang dari 3 hari.

Saudarakuhendaklah kalian untuk menggunakan waktumu untuk membaca Al Quran, dan jadikanuntuk dirimu ukuran setiap hari dan jangan kamu tinggalkan itu walaupun dalamberbagai keadaaan, sedikit yang dilakukan terus menerus itu lebih baikdibandingkan dengan banyak tapi terputus-putus.

Bila anda lupaatau ketiduran maka gantilah pada keesokan harinya. Rasulullah Saw bersabda :“Barang siapa yang tertidur dari amalannya atau sebagian darinya kemudian diamembacanya antara shalat subuh dan shalat dzuhur maka baignya pahala seakan diamembacanya dimalam hari”( HR.Muslim),
Dan janganlahkamu meninggalkan Al Quran, atau melupakannya dengan cara apapun. Sepertimeninggalkan bacaannya, tartilnya, menghayatinya, mengamalkan isinya, ataumeminta kesembuhan dengannya.

Diterjemahkandari kitab : Tafsir Al Usril Akhir min kitab zubdatut tafsir
Karangan Syaikh DR. Muhammad bin Sulaiman Al Asyqar.Cetakan ke 9 tahun 1425 H

Adab-adab batin (dalam hati):
• Ketika membaca AlQur’an, bacan itu harus ikhlas untukAllah SWT.
• Bertekad kuat untuk bertaubat kepada Allah SWT. dan selalumenghindari maksiat.
• Ketika membaca Al-Qur’an anak harus menghadirkan hati danmembuang sejauh-jauhnya setiap perkataan hati.
• Selalu merenungkan dan memahami makna ayat-ayat yangsedang dibaca.
• Hendaknya hati anak memberikan reaksi terhadap setiapperkara yang terkandung dalam ayat yang dibacanya.
• Tunduk dan khusyuk kepada Allah dan memperbanyak doasetiap selesai membaca Al-Qur’an. Karena doa sangat membantu anak dalammenghafal Al-Qur’an.
• Terbiasa dengan membaca 1 juz tiap harinya. Sertamenjadikan bacaan dzikir pagi dan sore sebagai rutinitas harian yang tak pernahterlewatkan.
• Senanatiasa menjaga dan memperbanyak istigfar.
• Jangan sampai anak menjadi sombong karena Al- Qur’an yangdihafalnya. Adab-adab Lahiriyah:
• Bersuci dan bewudhu sebelum tilawah Al-Qur’an
• Menghadap kiblat ketika tilawah Al-Qur’an
• Jika memulai dari awal surat hendaknya membaca“A’udzubillahi minasy syaithonirrojim, bismillahirrohmanirrohim”.
• Selalu rutin membca Al-Qur’an setiap hari agar tidakmelupakan ayat yang sudah dihafalnya.
• Tidak memotong tilawah dengan perkataan yang tidakbermanfaat
• Hendaknya semampu mungkin memperindah bacaan Al-Qur’an.
• Menghormati mushaf Al-Qur’an dengan tidak meletakkannnyadi lantai dll.
• Memilih tempat yang bagus untuk tilawah. Seperti masjidatau tempat yang enang di dalam rumah.
• Memilih waktu yang bagus untuk tilawah. Terutama waktuyang Allah menampakkan diri pada hamba- hambanya yang sholih.
Itulah cara bagaimana mgajarkan Al-Qur’an kepada anak denganbaik. Dan Islam sungguh sangat memperhatikan dalam hal ini agar para orang tuamengenalkan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Karena ia termasuk kitabsuci umat Islam dan firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sawmelalui perantara Malaikat Jibril untuk di sebarkan kepada umat Islam sebagaipedoman hidup mereka.

MENGAPA KITA MEMBACA AL-QURAN MESKIPUN KITA TIDAK TAHU ARTINYA
Bismillahi Rahamani Rahiim...
Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yang masih muda.
Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelaki nya ingin sekali menjadi seperti kakeknya da...n mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya.
Suatu hari sang cucu nya bertanya, ” Kakek! Aku mencoba untuk membaca Qur’An seperti yang kamu lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku.
Apa sih kebaikan dari membaca Qur’An?

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab,
” Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.” Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tsb untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi2 keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.
Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya.

Sang kakek berkata, ” Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup,”
maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucu nya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakek nya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai didepan kakek keranjang sudah kosong lagi.
Sambil terengah-engah ia berkata, ” Lihat Kek, percuma!”
Jawab kakek :” Jadi kamu pikir percuma?” ... ” Lihatlah keranjangnya. ”

Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.

kakeknya berkata:” Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Qur’An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam.Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.”. Seperti sabda Nabi Muhammad( SAW) :
” Bagi siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjarannya”

Semoga Bermanfaat...Jazakumullahu Khairan Kashiir.
Cara Termudah Menghafal Al-Qur`an Al-Karim
Segala pujian hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.
Al Qur’an merupakan salah satu mu’jizat yang turun kepada Muhammad SAW dan diwariskan kepada umatnya dan keasliannya akan terus terjaga sepanjang zaman. Allah SWT berfirman :"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al Hijr:9)
Qur’an memiliki banyak sekali kelebihan, selain itu Qur’an juga sangat bermanfaat bagi manusia. Orang yang sering membaca Qur’an akan sangat berbeda dengan orang yang jarang bahkan tidak pernah sama sekali membacanya. Itu baru sebatas membaca. Apalagi jika Qur’an tersebut dihafal, maka bi iznillah manfaatnya akan selalu menyertai orang yang menghafalkannya.
Keistimewaan metode ini adalah seseorang akan memperoleh kekuatan dan kemapanan hafalan serta dia akan cepat dalam menghafal sehingga dalam waktu yang singkat dia akan segera mengkhatamkan Al-Quran. 

Berikut kami akan paparkan metodenya beserta pencontohan dalam menghafal surah Al-Jumuah:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali.
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali.
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali.
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali
5. Keempat ayat di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali.
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali.
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali.
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali.
10. Keempat ayat (ayat 5-8) di atas dari awal hingga akhir digabungkan dan dibaca ulang sebanyak 20 kali.
11. Bacalah ayat pertama hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya pada setiap surah hingga selesai menghafal seluruh surah dalam Al-Quran. Jangan sampai kamu menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, karena itu akan menyebabkan hafalanmu bertambah berat sehingga kamu tidak bisa menghafalnya.


JIKA AKU INGIN MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA, BAGAIMANA CARANYA?
Jika kamu ingin menambah hafalan baru (halaman selanjutnya) pada hari berikutnya, maka sebelum kamu menambah dengan hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas, maka anda harus membaca hafalan lama (halaman sebelumnya) dari ayat pertama hingga ayat terakhir (muraja’ah) sebanyak 20 kali agar hafalan ayat-ayat sebelumnya tetap kokoh dan kuat dalam ingatanmu. Kemudian setelah mengulangi (muraja’ah) maka baru kamu bisa memulai hafalan baru dengan metode yang aku sebutkan di atas.


BAGAIMANA CARANYA AKU MENGGABUNGKAN ANTARA MENGULANG (MURAJA’AH) DENGAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali kamu menambah hafalan Al-Qur`an tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya. Hal itu karena jika kamu hanya terus-menerus melanjutkan menghafal Al-Qur’an hingga khatam tapi tanpa mengulanginya terlebih dahulu, lantas setelah khatam kamu baru mau mengulanginya dari awal, maka secara tidak disadari kamu telah banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal. Oleh karena itu metode yang paling tepat dalam menghafal adalah dengan menggabungkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Bagilah isi Al-Qur`an menjadi tiga bagian,yang mana satu bagian berisi 10 juz. Jika dalam sehari kamu telah menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga kamu menyelesaikan 10 juz. Jika kamu telah berhasil menyelesaikan 10 juz maka berhentilah menghafal selama satu bulan penuh dan isi dengan mengulang apa yang telah dihafal, dengan cara setiap hari kamu mengulangi (meraja’ah) sebanyak 8 halaman.



Setelah selesai satu bulan kamu mengulangi hafalan, sekarang mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan hafalan 20 juz. Jika kamu telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulangi hafalan 20 juz, dimana setiap hari kamu harus mengulang (meraja’ah) sebanyak 8 halaman. Jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, sambil kamu mengulangi setiap harinya 8 halaman hingga kamu bisa menyelesaikan seluruh Al-Qur’an.



Jika anda telah selesai menghafal semua isi Al-Qur`an, maka ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan, dimana setiap harinya kamu mengulang setengah juz. Kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya, juga diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama setiap harinya. Kemudian pindahlah untuk mengulang 10 juz terakhir dari Al-Qur`an selama sebulan, dimana setiap harinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.


BAGAIMANA CARA MERAJA’AH AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH AKU MENYELESAIKAN METODE MURAJA’AH DI ATAS?
Mulailah mengulangi Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulanginya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian maka kamu akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sekali setiap dua minggu.
Dengan metode seperti ini maka dalam jangka satu tahun (insya Allah) kamu telah mutqin (kokoh) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun penuh.


APA YANG AKU LAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL-QUR’AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangInya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, hendaknya bacaan Al-Qur’an yang kamu baca setiap hari hingga akhir hayatmu adalah bacaan yang dilakukan oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- semasa hidup beliau. Beliau membagi isi Al-Qur`an menjadi tujuh bagian (dimana setiap harinya beliau membaca satu bagian tersebut), sehingga beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sepekan.
Aus bin Huzaifah -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-, “Bagaimana caranya kalian membagi Al-Qur`an untuk dibaca setiap hari?” Mereka menjawab:
“Kami membaginya menjadi (tujuh bagian yakni): Tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb al-mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir (mushaf).” (HR. Ahmad no. 15578).
Maksudnya:
-Hari pertama: Mereka membaca surat “al-fatihah” hingga akhir surat “an-nisa`”.
-Hari kedua: Dari surat “al-maidah” hingga akhir surat “at-taubah”.
-Hari ketiga: Dari surat “Yunus” hingga akhir surat “an-nahl”.
-Hari keempat: Dari surat “al-isra” hingga akhir surat “al-furqan”.
-Hari kelima: Dari surat “asy-syu’ara” hingga akhir surat “Yasin”.
-Hari keenam: Dari surat “ash-shaffat” hingga akhir surat “al-hujurat”.
-Hari ketujuh: Dari surat “qaaf” hingga akhir surat “an-nas”.
Para ulama menyingkat bacaan Al-Qur`an Nabi -shallallahu alaihi wasallam- ini menjadi kata: ”فَمِي بِشَوْقٍ“. Setiap huruf yang tersebut menjadi simbol dari awal surat yang dibaca oleh Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada setiap harinya. Maka:
- Huruf “fa`” adalah simbol dari surat “al-fatihah”. Maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari pertama dimulai dari surah al-fatihah.
- Huruf “mim” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kedua dimulai dari surah al-maidah.
- Huruf “ya`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketiga dimulai dari surah Yunus.
- Huruf ”ba`” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keempat dimulai dari surah Bani Israil yang juga dinamakan surah al-isra`.
- Huruf “syin” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari kelima dimulai dari surah asy-syu’ara`.
- Huruf “waw” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari keenam dimulai dari surah wash shaffat.
- Huruf “qaaf” maksudnya bacaan Al-Qur`an beliau di hari ketujuh dimulai dari surah qaf hingga akhir muashaf yaitu surah an-nas.
Adapun pembagian hizib yang ada pada Al-Qur an sekarang, maka itu tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.


BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (AYAT YANG MIRIP) DALAM AL-QUR’AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara dua ayat yang kelihatannya menurut kamu hampir sama (mutasyabih), adalah dengan cara membuka mushaf dan carilah kedua ayat tersebut. Lalu carilah perbedaan antara kedua ayat tersebut, cermatilah perbedaan tersebut, kemudian buatlah tanda/catatan (di dalam hatimu) yang bisa kamu jadikan sebagai tanda untuk membedakan antara keduanya. Kemudian, ketika kamu melakukan murajaah hafalan, maka perhatikanlah perbedaan tersebut secara berulang-ulang sampai kamu mutqin dalam mengingat perbedaan antara keduanya.


BEBERAPA KAIDAH DAN KETENTUAN DALAM MENGHAFAL AL-QUR`AN:
1- Kamu harus menghafal melalui bantuan seorang guru yang bisa membenarkan bacaanmu jika salah.
2- Hafalkanlah 2 halaman setiap hari: 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib. Dengan metode seperti ini (insya Allah) kamu akan bisa menghafal Al-Qur`an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun. Tetapi jika kamu memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka kemampuan menghafalmu akan melemah.
3- Menghafallah mulai dari surat an-nas hingga surat al-baqarah karena hal itu lebih mudah. Tapi setelah kamu menghafal Al-Qur`an maka urutan meraja’ahmu dimulai dari Al-Baqarah sampai An-Nas.
4- Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf saja (baik dalam cetakan maupun bentuknya), karena hal itu sangat membantu dalam menguatkan hafalan dan agar lebih cepat mengingat letak-letak ayatnya, ayat apa yang ada di akhir halaman ini dan ayat apa yang ada di awal halaman sebelahnya.
5- Setiap orang yang menghafal Al-Qur’an pada 2 tahun pertama biasanya apa yang telah dia hafal masih mudah hilang, dan masa ini disebut fase at-tajmi’ (pengumpulan hafalan). Karenanya janganlah kamu bersedih karena ada sebagian hafalanmu yang kamu lupa atau kamu banyak keliru dalam hafalan. Ini adalah fase yang sulit sebagai ujian bagimu, dan ini adalah fase rentan yang bisa menjadi pintu masuknya setan untuk menghentikan kamu dari menghafal Al-Qur`an. Tolaklah was-was tersebut dari dalam hatimu dan teruslah menghafal, karena dia (menghafal Al-Qur`an) merupakan perbendaharaan harta yang tidak diberikan kepada sembarang orang.

[Oleh: Asy-Syaikh Dr. Abdul Muhsin Muhammad Al-Qasim, imam dan khathib di Masjid Nabawi]

Tehnik Menghafal dan Murajaah Al Quran
Assalamualaiku wr.wb.
Bagi para penghafalAl Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat. Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan “macet” ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi?

Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat. 
2). Ketika kita „macet“ sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah „ayat macet“ menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat “sebelumnya” macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Qur’an.

Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?

Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat.

Caranya adalah sebagai berikut :
1.Hafalkan ayat 1sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2.Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. 
Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. 
Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4, gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.

3.Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar.
Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4.Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.

5.Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6.Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar

Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? 
Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. 
Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat. 

Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat -ayat 1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita.
Misalnya: 
untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). 
Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk

1.Surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!

2.Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. 

3.Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.

4. Hafal nomor ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita.

5. Mengatasi kasus „ayat macet“. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem 'potong surat’ ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. 

Mengapa ?
Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya –seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal).
Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada
"pengait“ yang lain yaitu nomor surat. 

Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistemini dan merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stress dalam memurajaah. Karena kita mempunyai „petunjuk/milestones“ dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah „ayat-ayat pendek“, yaitu 10 ayat saja. 

Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya. Selamat bermurajaah!

Ummu Alya 
Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran
Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya.

Hal ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.:Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para shahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini.Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan mengamalkannya.
Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal.
Bukan dengan sekedar membaca.

Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat menolak. „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“ ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin di masa yang datang.
Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.

Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : „ Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?“.
Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.

Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah.
Jadi pada saat itu para shahabat, tabi’it dan thabi’i tabiin mempelajari al Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.

Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang?
Bila kita perhatikan di sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran?

Mungkin kita susah memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu genap semuanya.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan difahami.

Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ?
Tidakkah cukup dengan membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ?
Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al Quran ada „rasa“ (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci itulah yang menjadi „makanan“ untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran.

Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami kehendakNya dan ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. „ Rasa „ ini kurang ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila membacanya tidak diiringi dengan pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang. Efeknya sangat berbeda dengan mengulang-ulangnya.

Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca „buta“ Al Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara individual juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya langsung dari firman-firmanNya.
Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan mengajarkan kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Asy Syams ayat 8-10:“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“
Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat kita, „cling“ mememukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Itulah ilham. Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang haq dan mana-mana yang bathil.

Sebagai misal ketika kita masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak, tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan.
Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil.

Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum muslimin :Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(QS Al Baqarah : 2)

Jadi intinya Al Qu’an adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal dan faham Al Quran.
Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ?
Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.

Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru. Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional. Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan selamat ?

Kita mungkin lebih senang bertanya dengan penduduk setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau mungkin kita bisa tersesat ?
Padahal bila kita memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung.

Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas Inggris.
Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri.

Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi seperti dicontohkan oleh para sahabat, membaca, menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan sebagai kewajiban indivial setiap kaum muslimin.

Bila secara individu seorang muslim meningkat kualitasnya, keluarga yang dibinanya juga akan berkulaitas sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani yang dirindukan selama ini juga dapat terwujud.

Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran, membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya. Wallahu alam bi shawab

Ummu Alya



Manfaat Membaca Al Qur'an Tanpa Mengetahui Apa Artinya *
Ada Sebuah kisah seorang kakek tua yang hidup bersama cucu satu-satunya. Sang kakek adalah seorang muslim yang taat, tiada hari dalam hidupnya tanpa membaca Al-Qur’an. Si Cucu yang melihat betapa sang kakek begitu khidmat membaca Al-Quran penuh dengan penghayatan, bertkata : “Kek…!! Mendengar kakek membaca Al-Quran, aku merasa hatiku sejuk sekali ". Aku ingin sekali bisa memahaminya sebagaimana kakek, tapi aku tidak mampu, adapun yang aku pahami, aku lupakan secepat aku menutup buku "Adakah manfaat-nya kita membaca AL-QURAN tanpa mengetahui ARTINYA?".

Sang kakek seakan tidak menghiraukan pertanyaan cucunya yang masih muda itu. Dia malah mengajak cucunya itu keluar rumah. Sang kakek mengambil sebuah ember kotor (bekas mengangkut tanah liat), lalu dilubangilah ember itu di bagian bawah dan samping-sampingnya, beberapa lubang.

Si Cucu dengan keheranan dan rasa penasaran ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh kakek kesayangannya itu.

“Cucuku…! Bawalah ember ini ke sungai, kemudian isi air sampai penuh dan bawa kemari dalam keadaan terisi penuh air.” Si Cucu tentunya sadar, bahwa ember tersebut sudah bocor, maka mau tidak mau dia harus berlari setelah mengisi ember tersebut dengan air. Si Cucu pun menyanggupinya. Dan pergilah dia kesungai untuk mengisi ember tersebut dengan air, kemudian dia berusaha berlari sekencang-kencangnya agar setibanya di tempat kakeknya airnya masih penuh. Diapun melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Tapi setibanya di tempat kakeknya, ternyata tidak sedikit pun air yang tersisa. Semua airnya habis tertumpah sebelum tiba di tempat kakeknya. Sang kakek sesekali menertawakannya dan berkata, “Kali ini kau harus berusaha berlari lebih cepat lagi. AYO KAMU PASTIB ISA….!”.

Si Cucu pun berusaha lebih semangat lagi. Sampai akhirnya…!!! Dengan terengah-engah dia berkata kepada kakeknya, “Kek…! Aku rasa ini mustahil secepat apapun aku berlari, air tersebut akan lebih dulu habis sebelum aku sampai disini. Jadi ini suatu hal yang percuma”. Dengan tersenyum sang kakek berkata, “Cucuku kamu pikir semua ini percuma? Sekarang coba lihat ini…” Kakek menunjuk ke ember yang dipegang cucunya tersebut dan berkata, “Bukankah ember yang kau pegang tersebut sebelumnya kotor sekali?”

“Lihatlah sekarang, sudah menjadi ember yang bersih…! Luar dan dalam”
“Cucuku hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Al-Quran. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, luar dan dalam… Itu adalah karunia dari Allah swt di dalam hidup kita".

Nasib Pembenci Al Qur’an*

Bismillahirrahmanirrahim
Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Alquran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka (QS Muhammad 47: 8-9).

Alquran diturunkan sebagai petunjuk dari Allah SWT bagi manusia dalam menjalani kehidupannya. Barangsiapa yang mengimani dan mengamalkannya secara kaffah, kebahagiaan di dunia dan akhirat akan didapat. Sebaliknya, siapa pun yang mengingkari, apalagi membencinya, akan mengalami nasib menyedihkan.
Ayat ini adalah di antara yang memberitakan nasib yang dialami kaum kafir yang membenci Alquran.

Celaka dan Disesatkan Amalnya
Allah SWT berfirman: Wa al-ladzîna kafarû fata’s[an] lahum (dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka).


Dalam ayat sebelumnya diberitakan mengenai balasan dan anugerah bagi orang-orang yang mau menolong agama-Nya. Allah SWT akan menolong dan meneguhkan kedudukan orang-orang yang menolong agama-Nya. Yakni orang-orang yang bersedia tunduk, terikat, dan mengamalkan perintah dan larangan-Nya.
Kemudian dalam ayat ini diberitakan mengenai nasib orang-orang yang bersikap sebaliknya:al-ladzîna kafarû. Yakni orang-orang yang mengingkari sebagian atau seluruh perkara keimanan. Balasan yang bakal mereka terima adalah: fata’s[an] lahum.

Menurut al-Syaukanidan al-Qinuji, makna asal kata al-ta’s adalah al-inhithâth wa al-‘itsâr (kemerosotan dan kebinasaan). Dalam konteks ayat ini, ada beberapa penafsiran yang dikemukakan oleh ulama. 

Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Juraij menafsirkannya bu’d[an] lahum(menjadi laknat terhadap mereka). 
Menurut al-Sudi, khuzn[an] lahum (kesedihan bagi mereka). 
Ibnu Zaid berkata, syaqâ`[an] lahum (kesengsaraan dan kemalangan bagi mereka). 
Al-Hasan memaknainya sebagai syatm[an] lahum minal-Lâh (cacian dari Allah kepada mereka). 

Tsa’lab mengartikannya halâk[an] lahum (kehancuran, kebinasaan bagi mereka). 
Al-Dhahhak berkata, khaybat[an] lahum (kegagalan bagi mereka). 
Demikian pemaparan al-Qurthubi dalam tafsirnya. 


Ibnu Jarir al-Thabari menggabungkan beberapa panafsiran tersebut, yakni hizy[an] lahum wa syaqâ` wa balâ` (kehinaan, kesengsaraan, dan bencana bagi mereka).

Kata al-ta’s juga digunakan dalam sabda Rasulullah SAW: Ta’isu ‘abd al-dînâr wa al-dirhâm wa al-qathîfah wa al-khamîshah, in u’thiya radhiya wa in lam yu’thâ lam yardha (kecelakaan bagi hamba dinar, dirham, sutra, dan gamis. Apabila diberi, dia ridha. Dan apabila tidak diberi, dia tidak ridha, (HR al-Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Dijelaskan Fakhruddin al-Razi dalam Mafâtîh al-Ghayb, ayat ini merupakan tambahan untuk menguatkan hati kaum Mukmin. Ketika dalam ayat sebelumnya disebutkan: wa yutsabbit aqdâmahum (dan Dia meneguhkan kedudukanmu), maka ada kemungkinan muncul anggapan bahwa orang kafir bisa jatuh dan teguh untuk berperang. Sehingga dalam peperangan, terjadi saling bunuh, saling serang, saling tikam, dan saling pukul. Maka muncullah kesulitan besar. 

Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa kalian (orang-orang Mukmin) memiliki keteguhan. Sebaliknya mereka (orang-orang kafir) itu musnah, berubah, dan binasa, sehingga tidak ada keteguhan mereka. 



Penyebabnya jelas, tuhan-tuhan mereka adalah benda mati yang tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan berhadapan dengan Dzat yang memiliki kekuatan. Maka tuhan-tuhan mereka itu tidak berguna untuk mencegah dan membatalkan keputusan Allah SWT atas mereka, yakni kehancuran.

Di samping itu juga: Wa adhalla a’mâlahum (dan Allah menyesatkan amal-amal mereka). 

Kata al-dhalâl berartial-‘udûl ‘an al-tharîq al-mustaqîm (menyimpang dari jalan yang lurus). 
Kebalikannya adalah al-hidâyah (petunjuk). 
Demikian al-Raghib al-Asfagani. 


Menurut Ibnu Jarir al-Thabari, frasa ini berarti Allah menjadikan amal mereka dilakukan tapa petunjuk dan istiqamah. Sebab, amal mereka dilakukan karena ketaatan terhadap syetan. Bukan ketaatan kepada al-rahman. Al-Syaukani dan al-Jaiziri menafsirkan frasa ini sebagai abthlahâ waja’alahâ dhâi’at[an] (menjadikannya sia-sia dan lenyap).

Dikemukakan Fakhruddin a-Razi, ayat ini memberikan isyarat yang menjelaskan tentang perbedaan nasib orang- orang kafir yang telah mati dengan orang-orang Mukmin yang terbunuh (dalam medan peperangan). 



Mengenai orang-orang Mukmin tersebut, Allah SWT berfirman: Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka (QS Muhammad 47: 4). Sedangkan terhadap orang-orang kafir yang mati, Allah SWT menghapus dan melenyapkan semua amalnya.

Karena Membenci Al-Quran
Setelah diberitakan mengenai hukuman bagi kaum kafir, dalam ayat berikutnya dijelaskan perkara yang menjadi penyebabnya. Allah SWT berfirman: Dzâlika bi annahum karihû mâanzalal-Lâh lahum (yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah [Alquran]). 


Kata dzâlika merupakan isyârah yang merujuk kepada kalimat sebelumnya, yakni kecelakaan dan lenyapnya amal orang-orang kafir. Sedangkan frasa bi annahum memberikan makna sebab. Artinya, semua kejadian yang menimpa mereka itu disebabkan sikap mereka: karihû mâ anzalal-Lâh lahum.

Menurut Ahmad Mukhtar dalam Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Mu’âshirah, kata kariha al-syakhsh fi’l al-sû` berarti maqatahu, walam yuhibbuhu, abghadhahu (membenci dan tidak menyukainya). Sedangkan yang dimaksud dengan mâanzalal-Lâh lahum dalam ayat ini adalah Alquran, beserta semua isinya, baik dalam perkara aqidah maupun syariah.

Telah maklum bahwa Alquran diturunkan sebagai hud[an] (petunjuk), syifâ` (obat),danrahmah (kasih sayang). Juga mengeluarkan manusia min al-zhulumât ilâ al-nûr (dari kegelapan menuju cahaya). Di dalam Alquran pula penjelasan haq dan batil, halal dan haram, tata cara ibadah, dan sebagainaya. Pendek kata, Alquran merupakan petunjuk hidup yang benar bagi seluruh manusia.

Oleh karena itu, ketika Alquran diingkari, apalagi dibenci, pelakunyadipastikan tidak akan bisa mengerjakan ibadah dan amal shalih lainnya dengan benar. Sebab ketentuan ibadah dan amal shalih bukan berdasarkan akal, namun oleh syara’ yang bersumber dari Alquran.

Kebencian terhadap Alquran yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang tauhid, akan membuat pelakunya menegasikan tauhid dan lebih memilih syirik. Sementara syirik menkadi penyebab terhapusnya pahala. Allah SWT berfirman: Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu(TQS al-Zumar [39]: 65).

Alquranjuga berisi berita tentang akhirat. Orang yang mengingkari dan membencinya, tentulah tidak akan beramal untuk akhirat. Semuanya dikerjakan untuk mengejar dan meraih kenikmatan dunia. Karena itu dicari, maka wajar saja jika mereka tidak berhak mendapatkan bagian di akhirat.

Allah SWT pun berfirman: Faahbatha a’mâlahum(lalu Allah menghapuskan [pahala-pahala] amal-amal mereka). Kata habitha al-‘amal berarti habatha, fasada, bathala, dzahaba, suda[n] (terhapus, rusak, batal, lenyap, sia-sia). Sehingga makna ahbatha-Lâh al-‘amal adalah Allah membatalkan dan melenyapkan pahalanya. Demikian penjelasan Ahmad Mukhtar. Makna itu pula yang terdaapt dalam ayat ini.

Menurut al-Qinuji, yang dimaksud dengan amal di sini adalah amal yang terlihat secara kasat mata sebagai amal kebaikan meskipun pada asalnya tetap batil. Sebab, amal orang kafir tidak diterima sebelum keislaman mereka. Tak jauh berbeda, al-Thabari juga menjelaskan bahwa Allah SWT telah membatalkan amal yang mereka kerjakan di dunia. Ditegaskan pula olehnya, ketentuan ini berlaku untuk semua orang kafir.

Mengenai terhapus dan sia-sianya amal perbuatan orang juga ditegaskan dalam banyak ayat, seperti QS al-A’raf [7]: 147). Juga dalam al-Baqarah [2]: 217, Ali Imran [3]: 21-22, al-Maidah [5]: 5 dan 53, al-An’am [6]: 88.

Demikianlah nasib yang menimpa kaum kafir. Mereka mendapatkan kehinaan, kekalahan, kesengsaraan, dan penderitaan selama-lamanya. Semua amal yang dikerjakan sia-sia, lenyap, dan tidak berguna sedikit pun bagi mereka. Semua itu disebabkan karena kekufuran mereka, terutama kebencian mereka terhadap Alquran beserta ajarannya, baik sebagian atau seluruhnya.

Ancaman ayat ini seharusnya membuat para pengidap Islam phobiasegera sadar. Juga mereka yang suka menyebarkan kebencian dan sikap antipati terhadap Islam, syariah, jihad dengan makna yang sebenarnya (yakni perang di jalan Allah), dan daulah khilafah seraya menuduh para pejuangnya sebagai penganut radikalisme dan fundamentalisme, bahkan pelaku terorisme yang harus dibasmi. Umat Islam haruswaspada dan tidak boleh terpedaya oleh propaganda busuk mereka yang dapat menggelincirkan kita dan mengekor sikap mereka yang benci terhadap Islam. Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb. 

Oleh: Rakhmat S. Labib, M.E.I.

Ikhtisar:
1. Nasib orang kafir akan hina, celaka, dan sengsara. Amal mereka juga terhapus dan sia-sia.
2. Perkara yang menjadi penyebab penderitaan kaum kafir itu adalah kebencian mereka terhadap Alquran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar