Minggu, 08 Februari 2015

Menjadi Ayah yang Baik

oleh Rosilawati Febbten 17 Maret 2012 pukul 5:08



AYAH...




Menjadi Ayah yang Baik

Menjadi seorang Ayah terkadang dirasakan bukan menjadi satu hal yang  sederhana, karena selain dihadapkan pada tanggung  jawab memberikan kesejahteraan pada keluarga, sang ayah juga dituntut untuk memiliki kesadaran akan kewajibannya dalam mendidik anak.

Dalam Sebuah sabda Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Ath-Tirmidzi, dari Ayyub bin Musa dari kakeknya : Dari Sa’id bin Ash, Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada pemberian yang lebih utama seorang ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang baik.”

Tidak jarang ada orang tua yang mengeluhkan bahwa anak mereka sedang mengalami masalah bahkan ada yang sampai pada prilaku menyimpang. Dan justru setelah ditelusuri, sering kali awal dari sebagian besar masalah yang dialami anak bersumber dari orang tua.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, perilaku anak tidak akan jauh dari perilaku orang tuanya.

Jika kalimat tersebut kita kupas dari sudut pandang ilmu hypnosis, maka kita bisa uraikan dari pola pembentukan prilaku manusia bahwa proses belajar manusia adalah dari memodel (mencontoh).  Apapun yang sering dilihat, didengar dan dirasakan oleh seorang anak, maka bisa dipastikan semua informasi yang terekam tersebut akan menjadi sistem di dalam kehidupannya.

Sederhana saja, kita bisa simulasi dengan sebuah imajinasi.

Cobalah Anda membayangkan bahwa saat ini dihadapan Anda ada selembar kertas putih, dan saya meminta Anda untuk menuliskan kata “KIRI” di sebelah kiri, dan kata “KANAN” di sebelah kanan.

Kemudian, Anda boleh mengimajinasikan bahwa sekarang Anda melingkari kata “KIRI” dengan gambar hati, dan kemudian kata “KANAN” Anda lingkari dengan gambar lingkaran.

Bagus sekali, Anda hampir selesai…

Sekarang saya minta Anda mengambarkan seekor bebek diantara tulisan “KIRI” dan “KANAN” .

Sudah?
Terimakasih, jika Anda berhasil melakukan simulasi diatas artinya imajinasi Anda sangat bagus. Tapi coba perhatikan saat Anda menggambar seekor bebek tadi, kemana arah kepala bebek itu?

Sebagian besar dalam pelatihan yang saya pandu hampir semua peserta menggambarkan bebek dengan kepada menghadap kesebelah “KIRI”.

Bagaimana dengan Anda?

Jika Anda termasuk yang menggambar bebek dengan kepada menghadap ke selain “KIRI”,  itu point bagus untuk Anda.

Bagi Anda yang ternyata menggambarkan bebek dengan kepala menghadap ke sebelah “KIRI”, maka yang sebenarnya terjadi adalah kerja otomatis dari sistem yang tebentuk dalam kesadaran Anda dari pengalaman yang Anda ulang-ulang dari masa lalu. Pertanyaan saya apa iya kalau menggambar itu selalu kepada harus menghadap ke sebelah “KIRI”. Atau karena sejak kecil Anda telah terprogram oleh gambar kepala burung Garuda di depan kelas Anda yang menoleh kesebelah kiri Anda?!

Begitulah kira kira sebuah sistem itu terbentuk sehingga semua bekerja menjadi otomatis. Dalam konteks tugas Ayah dalam mendidik anak dengan perilaku yang baik sebagaimana yang diamanahkan Rasulullah SAW, maka menjadi PR tersendiri bagi seorang Ayah agar senantiasa mensholehkan dirinya, senantiasa konsisten dalam perkataan baiknya dan selaras pula dengan prilaku baiknya dihadapan anak.

Mari fahami rumusnya : “Anak melihat  =  Anak meniru.”

Sebagai Ayah yang baik tentu sangat penting untuk memperhatikan cara berkomukasi di dalam rumah. Jika seorang Ayah sering meluapkan kemarahan dihadapan istrinya, maka Anak akan belajar bagaimana berperilaku kasar dan merendahkan Ibunya. Begitupula sebaliknya jika seorang Ayah dengan sangat pintar memuliakan istrinya, sebenarnya disaat yang sama Anak sedang belajar bagaimana menghargai seorang wanita.

Seolah sepele, tapi kadang tidak sederhana dalam aplikasinya.

Saat seorang Ayah pulang dari urusan pekerjaan di sore hari, dalam penat yang sangat, tentu ingin beristirahat sejenak. Tidak jarang Anak dengan cepat mendekat, seperti mendapatkan mainan baru, mereka mulai memanjat Ayahnya, menginjak injak kaki hingga punggung, menjambak rambutnya, tidak jarang pula ada yang duduk di atas perut dan memperlakukan Ayah mereka bagai kuda tunggangan.

Jika egoisme pribadi yang dikedepankan tentu paling mudah untuk marah dan berteriak pada Anak, menyuruh mereka untuk menjauh. Namun seorang Ayah yang baik dituntut untuk dengan siaga mengaktifkan kesadarannya sebelum merespon semua situasi yang terjadi dihapannya.

Jika direnungi, sesungguhnya anak-anak rindu pada Ayah mereka setelah sering ditinggal. Saat pertemuan dengan Ayah mereka adalah kesempatan yang mahal. Sebagai Ayah perlu untuk menghadirkan kesadaran ini.

Apa alasan kita untuk menolak Anak, bukankah letihnya kita bekerja adalah untuk kebahagiaan mereka juga? Jika Allah sekarang mendekatkan mereka pada Anda wahai para Ayah, untuk Anda bahagiakan, apakah mungkin Anda menunjukan egoisme Anda dihadapan anak anda?

Sekali lagi perilaku kita sebagai Ayah di hadapan anak adalah contoh dan bagi mereka. Sering kali lebih mudah bagi mereka belajar dari perilaku kita daripada kalimat-kalimat yang keluar dari lisan kita.

Maka mulai hari ini dan seterusnya, mudah mudahan kita bisa menjadi seorang Ayah yang baik bagi anak-anak kita, mari menginstall software yang baik didalam sistem pikiran mereka, dengan senantiasa berkata dan berperilaku baik dihadapan mereka. Agar kelak mereka benar benar bisa menjadi penyejuk mata dan mampu menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa. Aamiin..

Wallahu’alam.

ahmad lubis


Cara Menjadi Ayah Yang Lebih Baik
Apakah anda sudah merasa menjadi seorang ayah yang baik? Atau malah sebaliknya, sering merasa kurang memainkan peran anda sebagai seorang ayah?  Ada baiknya kita simak bersama artikel berikut yang diterjemahkan secara bebas dari ChildCareAware agar kita dapat introspeksi ataupun melakukan improvement dalam membangun hubungan yang baik dengan anak.  Di bawah adalah 10 tips cara untuk dapat menjadi ayah yang lebih baik lagi ...

1. Hormati ibu dari anak-anak : Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang ayah untuk anak-anaknya yaitu menghargai ibu mereka.  Ayah dan ibu yang saling menghargai satu sama lain, dan memperlihatkan hal tersebut kepada anak-anaknya, akan secara otomatis membentuk lingkungan yang aman dan nyaman bagi mereka.  Saat anak-anak melihat orang tuanya saling menghargai satu sama lain, mereka akan merasa lebih diterima dan juga dihargai.

2. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak : Bagaimana seorang ayah meluangkan waktu menunjukkan seberapa penting mereka baginya.  Jika anda kelihatan selalu sibuk untuk bersama mereka,... mereka akan merasa diabaikan apapun juga alasan yang anda sampaikan. Mencintai dan meluangkan waktu bersama mereka kadang kala berarti mengorbankan hal lain, tetapi hal tersebut akan sangat berarti.  Anak-anak tumbuh dengan sangat cepat dan kesempatan yang terlewatkan akan hilang selamanya.

3. Dengarkan apa yang ingin mereka sampaikan : Seringkali ditemukan seorang ayah berbicara pada anaknya hanya ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Oleh karena itu banyak anak-anak yang ngeri ketika ibunya berkata, "Ayahmu ingin berbicara..."  Mulailah berbicara dan ngobrol dengan anakmu sejak mereka masih sangat kecil agar subjek/topik yang sulitpun akan dapat dibicarakan saat mereka tumbuh dewasa. Luangkan waktu dan dengarkan ide-ide juga permasalahan mereka.

4. Disiplinkan Dengan Rasa Cinta dan Kasih Sayang : Seluruh anak membutuhkan arahan, nasehat dan disiplin, bukan hukuman.  Hukuman tetap diperlukan dalam mendisiplinkan mereka, tetapi tetapkanlah batasan yang tepat. Ingatkan kepada mereka akibat dari perbuatannya dan berikan hadiah atau pujian jika mereka berkelakuan dengan baik dan benar. Seorang ayah yang mendisiplinkan anaknya secara tenang namun tegas memperlihatkan perhatian dan rasa kasih sayang bagi anak-anak.

5. Jadilah Panutan (Role Model) : Disadari atau tidak, setiap ayah menjadi panutan bagi anaknya. Seorang anak perempuan yang sering menghabiskan waktu bersama ayah yang menyayanginya akan tumbuh dan mengetahui bahwa dirinya berhak untuk diperlakukan dengan hormat dan baik oleh lelaki, dan figur serta nilai apa yang dicari pada suaminya nanti. Ayah dapat mengajarkan anak laki-lakinya mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan dengan cara mempraktekkan dan memperlihatkannya kepada mereka, seperti kejujuran, kemanusiaan juga tanggung jawab.  Seluruh dunia adalah sebuah panggung... dan ayah memainkan salah satu peran yang vital.

6. Jadilah Seorang Guru : Banyak para ayah yang berpikiran bahwa mengajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang lain.  Tetapi, para ayah yang mengajarkan kepada anaknya mengenai benar dan salah akan mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik dan akan melihat anaknya membuat pilihan yang baik.  Gunakanlah contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu anak-anak mempelajari hal-hal dan nilai-nilai dasar dalam kehidupan.

7. Makan Bersama Keluarga : Makan bersama sekeluarga (sarapan, makan siang atau makan malam) dapat menjadi bagian yang penting dalam kehidupan berkeluarga yang sehat. Pada saat ini adalah kesempatan bagi anak untuk membicarakan tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang ingin dilakukan. Ini juga adalah kesempatan yang baik bagi ayah untuk mendengarkan dan memberikan saran atau nasihat. Yang paling penting, makan bersama ini adalah waktu bagi keluarga untuk berkumpul bersama setiap harinya.

8. Bacakan Cerita Untuk Mereka : Pada dunia dimana TV biasanya mendominasi kehidupan anak-anak, adalah hal yang penting bagi ayah agar berupaya untuk membacakan cerita kepada anaknya. Cara terbaik bagi anak untuk belajar adalah dengan melakukan dan membaca, serta dengan melihat dan mendengar. Mulailah membacakan cerita kepada anak pada saat mereka masih kecil.  Pada saat mereka mulai besar, anjurkan mereka untuk membaca sendiri.  Menumbuhkan rasa suka membaca pada anak adalah salah satu cara terbaik untuk mengarahkan mereka untuk memiliki kehidupan dan perkembangan karir yang baik.

9. Perlihatkan Rasa Kasih Sayang : Anak-anak membutuhkan rasa aman dan nyaman yang mereka peroleh dan rasakan saat mereka merasa diinginkan, diterima dan disayangi oleh keluarganya.  Orang tua, terutama ayah, sebaiknya merasa nyaman dan berkeinginan untuk memeluk mereka.  Memperlihatkan rasa kasih sayang setiap hari adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepada mereka bahwa anda menyayanginya.

10. Sadari Bahwa Tugas Seorang Ayah Tidak Pernah Berakhir : Meskipun mereka sudah tumbuh dewasa dan siap untuk meninggalkan rumah, mereka akan tetap kembali kepada ayahnya untuk mencari kearifan/kebijaksanaan dan saran.  Apakah itu berkaitan dengan kuliahnya, kantor / kerja yang baru ataupun pernikahan, seorang ayah akan terus memainkan peran yang penting dalam kehidupan mereka pada saat mereka tumbuh dan mungkin terus sampai saat mereka akan menikah dan membangun keluarganya sendiri.

babythoybox


Anak ku papa juga sayang kamu....

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya...Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil....Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya", Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja...Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!". Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu...

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang". Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT....kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu.....Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik....Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Copas dari milis mualaf

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.

Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku yang cantik, yang kini sudah berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !

Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita... tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya.

arif mencintai ibu

Anakku Kelaparan

Ada seorang teman bercerita: “Suatu pagi anak-anak saya kebingungan, karena kelaparan, yang satu merengek-rengek meminta dibelikan roti kesukaannya, yang satu sibuk mencari-cari di plastik-plastik mungkin saja ada sisa-sisa makanan tadi malam.
Melihat fonemena ini saya langsung mengambil baju dan bergegas pergi ke warung terdekat untuk membelikan beberapa makanan ringan agar anak-anak saya tidak kelaparan.
Di dalam perjalanan ke warung dan pulang kembali ke rumah, saya berfikir beberapa hal;Alhamdulillah Allah Ta’ala telah menjamin rezeki seluruh anak dan orang tuanya bahkan seluruh makhluk, maka jangan takut… tetapi tetaplah berusaha yang halal.”
****
Perhatikan dua ayat yang mulia ini:“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.  Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am: 151).

Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang benar-benar ada, karena firman Allah : “Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.”

Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan pemberian rezeki kepada orang tua, karena kemiskinan sudah benar-benar terjadi! Tetapi jika baru ditakutkan miskin, coba perhatikan ayatnya;
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al Isra: 31).

Tidak boleh membunuh anak-anak baik karena kemiskinan yang baru diperakirakan dan ditakutkan. Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa Allah mendahulukan penjaminan rezeki kepada anak-anak, karena kemiskinan baru ditakutkan, belum terjadi!

Semuanya ini karena Allah telah menjamin rezeki baik orang tua atau anaknya, baik ketika baru ditakutkan miskin atau sudah terjadi kemiskinan!!! Subhanallah…
Berkata Ibnu Katsir rh :“Firman-Nya: “Karena kemiskinan”, Abdullah bin Abbas ra, Qatadah dan As Suddy berkata: “Imlaq artinya adalah kefakiran” maksudnya yaitu: janganlah kalian membunuh mereka karena kefakiran kalian yang terjadi, dan Allah berfirman di dalam surat Al Isra’: “Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin”,

Maksudnya adalah takut terjadi kefakiran di waktu yang akan datang, oleh sebab inilah disana (di dalam surat Al Isra’: 31) Allah berfirman: “Kami yang akan memberikan rezeki mereka dan kalian”, Allah memulai dengan penjaminan rezeki mereka untuk perhatian mereka, maksudnya adalah janganlah kalian takut kalian miskin gara-gara mereka, karena rezeki mereka di jamin Allah.
Adapun di dalam ayat ini, ketika sudah terjadi kefakiran, Allah berfirman: “Kami memberikan rezeki kepada kalian dan mereka, karena pada saat ini mereka (orangtua) lebih penting.” Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir.

Saudaraku seiman…
Tulisan singkat ini saya tujukan :
1. Kepada orangtua yang membunuh, menelantarkan anaknya gara-gara takut anaknya menyusahkan dan menyulitkan hidupnya.
2. Kepada pasangan suami istri yang takut mempunyai anak gara-gara takut tidak bisa memberikan rezeki yang cukup kepada anaknya.
3. Kepada orang yang diluaskan rezekinya, jangan lupa disekitar Anda mungkin ada orangtua yang ketika anak-anak membutuhkan makanan karena kelaparan, tidak ada yang dapat dibeli oleh orangtua tersebut.

Sungguh Allah telah menyatakan hak orang-orang miskin ada pada Anda, wahai orang yang diluaskan rezekinya.
Dan pada harta-harta mereka (yaitu orang-orang kaya) ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.” (QS. Adz Dzariyat: 19).

Sungguh cerita yang penuh dengan pelajaran dari seorang teman.

Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc

KISAH AYAH ANAK DAN BURUNG GAGAK

MESKI HARI AYAH TIDAK ADA TAPI KITA JUGA TETAP BANGGA PADANYA.
Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikansuasana di sekitar mereka.

Tiba- tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya?
"Nak, apakah benda tersebut?" "Burung gagak", jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar
jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras,"Itu burung gagak ayah!"

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, "BURUNG GAGAK!!...Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, "Gagak ayah.......".

Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. "Ayah!!!
saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah
menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya.

Apakah yang ayah ingin saya katakan????
Itu burung gagak, burung gagak ayah.....",kata si anak dengan nada yangbegitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya.
Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
"Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah.
Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,"Ayah, apakah itu?".
Dan aku menjawab, "Burung gagak".
Walau bagaimanapun, anakku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama.

Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga.
" Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "
Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.

Sekali lagi sahabat kisah yang dapat kita ambil hikmahnya kita bisa pandai sekolah dan bekerja pertama- tama orang tualah guru kita,,bila sahabat ingat masa kecil kita slalu menyusahkan orang tua tp dia(orang tua) tak pernah hilang kasih sayangnya buat kita semoga allah jadikan kita putra dan putri yang berbakti padanya,,, wassalam mauludin 

akhmad zakaria
SURAT UNTUK ANAKKU
"Wahai anakku...jika aku tua nanti, kuharap kau mengerti dan bersabar, semisal kupecahkan piring atau menumpahkan makan di meja karena penglihatanku tak lagi sempurna,kuharap kau tak memarahiku pun ketika pendngranku makin buruk dan aku tak dapat mendengar dgn jelas perkataanmu, tolong jangan juluki aku 'tuli' tapi ulangi perkataanmu atau tuliskan di atas kertas.

Maafkan aku nak, aku semakin tua ketika lututku melemah, kuharap kau sabar menolongku untuk berdiri, seperti aku menolongmu saat kecil dn brlajar berjalan.

Bersabarlah denganku, ketika aku mengulang-ulang perkataanku seperti kaset rusak kuharap kau tetap mendengarkanku. Jangan memperolokku atau bosan mendengarkanku.
Ingatkah kau kala kecil menginginkan sebuah balon??
Kau mengulang-ulang perkataanmu hingga akhirnya kau dapat apa yg kau inginkan.

Juga maafkan bauku, bauku kini seperti bau org 'tua' kuharap aku tak membuatmu jijik.
Ingatkah kau ketika kau kecil? Aku kerap mengejarmu hanya untuk memaksa kau mandi.

Nak. . . .
Kuharap kau bersabar menghadapiku dgn semua kerewelanku.
Itu bagian perjalanan 'menjadi tua' kau akan paham ketika masamu tua pun tiba,
dan ketika kau punya waktu luang kuharap kita dpt berbincang, walau hanya untuk beberapa saat. Aku sendirian setiap saat, tanpa teman berbapi rasa, aku tahu kau sibuk dengan pekerjaan dan duniamu. Namun bahkan ketika kau muak dengan cerita usangku. Tolong kau luangkan wktmu untukku.
Ingatkah ketika kau kecil? Aku dengarkn celotehmu tentang duniamu.

Nak. . . .
Ketika tiba waktunya aku sakit dan terkulai tak berdaya.
Semoga Allah berkahi engkau dengan kesabaran untuk mengurusiku.
Jelang masa-masa terakhir hidup d dunia ini.

Ya, aku tak akan lama lagi d kehidupan ini.
Nak, ketika akhirnya kematian tiba menjemputku.
Kuharap kau genggam tanganku dan Allah berikan kekuatan bagimu menghadapi kematianku"

>MINAKO HG

Seorang Ayah Bertaubat Karena Anaknya*


Satu lagi, kisah nyata di zaman ini. Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya:
“Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya.
Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?”
Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu.
Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku.Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah.

Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar… lalu ia shalat maghrib di hadapan saya.Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):
”Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (Maryam: 45)

Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setalah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, ”Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”
Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh.
Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi).”
Saya katakan kepadanya, ”Biar kita ke masjid dekat rumah saja.” Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi. Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut… Dan Marwan selalu memandang saya. Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21)

Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya.
Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, ”Sudahlah wahai Abi!”
Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, ”Kamu jangan cemas.”
Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.
Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.

Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik. Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan,“Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?”
Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.”
Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah- saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.
Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”

( “Da’i Cilik”, Fariq Gasim Anuz, Penerbit: Darul Falah, Jakarta, Indonesia )

HATI AYAH KITA
Assalamualaikum warohmatullohi wabarkath,

Suatu ketika ada seorang anak perempuan yg bertanya kepada ayahnya,tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut,dengan badanya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya, :

“ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk?? ?”

Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda, Si ayah menjawab ” Karena aku lelaki ”

anak perempuan itu berkata sendirian ” aku tidak mengerti” dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan ga mengerti.

Ayah hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata

“Anakku kamu memang belum mengerti tentang lelaki “. Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena perasaan ingin tahu dan ia mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya

“Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? dan sepertinya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???” Ibunya menjawab

“Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian “.

hanya itu jawaban si ibu dan anak itupun kemudian tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya membungkuk??

Hingga suatu malam ia bermimpi, dan didalam mimpinya ia seolah-olah ia mendengar suara yg lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertannyaannya selama ini yang selalu ia cari.

” Saat kuciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi. ”

“Kuciptakan bahunya yg kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya. ”

“Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yg berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya, ”

“Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya.”

“Kuberikan kesabaran,ketekunan dan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya.”

“Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya dan hatinya.”

“Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara.”

“Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang,bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya. ”

“Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri,agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi dan saling mengasihi.”

“Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya. ”

“Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat.”

Terkejut anak dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdo’a hingga menjelang subuh,setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.

“AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH”

Bila ayah masih hidup jangan sia-siakan membuat hatinya tersenyum dan gembira,Bila ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan do’akan agar ALLAH selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya

nitha ayesha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar