Jumat, 13 Februari 2015

ALLAH SWT : Dzat dan Sifat-sifat Allah

 Oleh Rosilwati Febten

ALLAH ADALAH DZAT ATAU ZAT????
Menurut seorang pakarLeksikografi/Linguistik Arab yang bernama Louis Ma’luf,seorang Arab Kristen Katolik asal Beirut, Lebanon dalam karyanya yang berjudulal-Munjid fil Lughah wal ‘Alam page 16 (terbitan Lebanon: Dar al-Masyriq, 1986)beliau mengatakan bahwa al-Ilah: al-ma’bud muthlaqan (al-Ilah itu adalahPribadi Yang Disembah secara Mutlak/Benar [the Only True God]), sedangkanALLAH: ismu al-Dzat al-Wajib al-Wujud (ALLAH itu adalah suatu nama DZAT YangMaha ADA yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ADA (the
nameof the DZAT as Causa Prima).

Sementaraitu, Hans Wehr, seorang ahli Linguistik Arab asal Jerman yang beragama KristenProtestan dalam karyanya yang berjudul A Dictionary of Modern Written Arabic,page 314-315 (terbitan Munster, 1960) mengatakan bahwa istilah DZAT dalambahasa Arab artinya Essence, Self,

Jadi,berdasarkan penjelasan dari dua pakar bahasa Arab yang berlatar bangsa Arab danbangsa Barat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ALLAH adalah sebuah NAMAdari al-Ilah.

Jelaslah sudah bahwa
DZAT adalah Essence/Self, yakni Pribadi Yang Menyebabkan segalasesuatu menjadi ada. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi DZATal-wajib al-wujud.
Dengan demikian istilah Dzat ==> bhs Arab = Self/ Essence TIDAKSAMA dengan ZAT ==> bhs Indonesia = Matter/MATERI yang berarti sesuatu yangmemiliki massa dan menempati ruangan ==> ini pasti TERBATAS,

Sedangkan DZAT dalam bahasa Arab tidak bermakna MATERI/MATTER.
Jadi makna DZAT (bhs Arab) bukanlah sejajar maknanya dengan ZAT (bhsIndonesia), meskipun istilah ZAT diadopsi dari kata DZAT. Namun, maknanya 180%berbeda scr diametral.
ZAT dalam bahasa Indonesia selalu terkait dengan ciptaan/matterberdasarkan ilmu fisika yang mengenal 3 pembagian matter/zat: cair, padat, gas.
Dan, fisika juga membuktikan bahwa matter/zat bisa berubah tapi TAKDAPAT DIMUSNAHKAN atau DIHANCURKAN.

Sedangkan DZAT dalam bahasa Arab bukanlah MATTER, tetapi theUltimate Being, Sang Penyebab dari Matter. Maka, Dzat (bhs Arab) tidak bisadibatasi/diukur massanya sebab istilah massa dalam ilmu fisika terkait denganketerbatasan ruang dan waktu, sedangkan Zat (bhs Indonesia) bisa diukurmassanya dan tidak bisa ber-ADA di dua tempat dlm waktu yang bersamaan. Sekalilagi, DZAT amat berbeda maknanya dengan ZAT.

Sedangkan dalam bible tertulis jelasbahwa tuhan kristen adalah ZAT IBRANI 1:3 Indonesian – (TL)
Maka Ialah menjadi cahaya kemuliaan Allah danZAT Allah yang kelihatan, serta Ia menanggung segala sesuatu dengan firmankuasa-Nya; dan setelah Ia membuat persucian segala dosa, maka duduklah Ia disebelah kanan Yang Mahabesar di dalam ketinggian;http://tl.scripturetext.com/hebrews/1.htmGreek

Bibledan English Revised VersionΠΡΟΣ ΕΒΡΑΙΟΥΣ 1:3 Greek NT: Stephanus TextusReceptus (1550, with accents)ὃς ὢν ἀπαύγασμα τῆς δόξης καὶ χαρακτὴρ τῆς ὑποστάσεως αὐτοῦ φέρων τε τὰ πάντα τῷ ῥήματι τῆς δυνάμεως αὐτοῦ δι’ εαυτοῦ καθαρισμὸν ποιησάμενος τῶν ἁμαρτιῶν ημῶν, ἐκάθισεν ἐν δεξιᾷ τῆς μεγαλωσύνης ἐν ὑψηλοῖςTrans : os On apaugasma tEsdoxEs kai charaktEr tEs upostaseOs autou pherOn te ta panta tO rEmati tEsdunameOs autou katharismon tOn amartiOn poiEsamenos ekathisen en dexia tEsmegalOsunEs en upsEloisEnglish Revised Version Hebrew 1:3who being theeffulgence of his glory, and the very image of his SUBTANCES, and upholding allthings by the word of his power, when he had made purification of sins, satdown on the right hand of the Majesty on high;ὑποστάσεως (hypostaseōs) =substance = SUBTANSI Apakah SUBTANSI itu ?

Substansi [KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA] sub·stan·si n
1watak yg sebenarnya dr sesuatu; isi; pokok; inti;
2unsur; ZAT : pembakaran terjadi sbg hasil persenyawaan sebuah — dng oksigen; dlkonferensi akan dihimpun — masalah yg akan kita bicarakan dl pertemuan tingkat tinggi mendatang;
3 kekayaan; harta: pikiran itu merupakan — yg tidak kelihatan;
4Ling medium yg dipakai untuk mengungkapkan bahasa http://kamus.sabda.org/kamus/substansiJelas
bahwasalah satu makna dari SUBTANSI adalah ZAT, jadi sudah jelas bahwa ὑποστάσεως (hypostaseōs) =substance = SUBTANSI = ZAT Lalu ZAT apakah tuhan kristen itu ?..ZAT CAIR ?..ZATPADAT ?..GAS ?

Dzat Allah Swt. adalah mutlak adanya. Termasuk dalam hal ini adalah meyakini Allah dengan nama-nama baik (asmaaul husna) yang melekat pada-Nya. Sebagaimana firman-Nya yang termaktub dalam al-Qur’an al-Karim berikut: “Dia-lah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia.Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang baik).” (QS. Thaha 20: 8).

Keyakinan yang kuat terhadap adanya Dzat Allah dengan asmaaul husna-Nya ini akan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan kepribadian seorang muslim.
Keberadaan Dzat Allah yang mutlak adanya, dengan 99 asmaaul husna-Nya, bila telah benar-benar menjadi keyakinan bagi seorang muslim, sungguh ia akan menjadi seorang mukmin yang luarbiasa.
Dia akan mempunyai sandaran yang kuat kepada Allah Yang Maha Perkasa dalam meraih cita-cita.
Dia akan memiliki ketergantungan yang kuat kepada Allah Yang Maha Penolong bila mempunyai keinginan.
Dia akan berusaha selalubaik, tidak melakukan kekurangan, apalagi pencurian, dalam setiap usahanya karena mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Allah Maha Mengetahui.

Inilah sebuah keyakinan yang luar biasa. Tak ada yang dapat mengalahkan Allah di seluruh alam raya ini.Bahkan, Allah Swt. yang menciptakan semua-muanya; bagaimana mungkin ada yang mengungguli atau menyamai-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla Maha Segalanya.
Bila seorang muslim sudah bersandar kepada-Nya, segala yang di dunia menjadi kecil, dan keyakinan yang demikian akan membuatnya selalu berani menghadapi rintangan.
Allah Swt. berfirman: “Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai asmaaul husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dia-lahYang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Hasyr59: 24).

Sungguh, firman Allah Swt. tersebut semakin menegaskan kepada kita bahwa yang mengatur segalanya di dunia ini adalah Allah Swt. yang telah menciptakannya. Keyakinan yang demikian perlu senantiasa dapat hadir di dalam hati orang-orang yang beriman. Sehingga, ia akan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, tidak mudah putus asa, dan selalu optimis dalam setiap usaha yang dijalankannya. Bila sudah demikian, insya Allah kesuksesan bukan halsulit baginya.

Tetapi, bila usaha yang dilakukannya belum sukses, dia masih punya keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah sedang mengujinya. Percaya, ya… ia sangat percaya bahwa Allah sangat sayang kepadanya, maka keberhasilan bukan hal yang sulit bila Allah sudahmenghendaki. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua yang ada dalamdunia ini telah dalam kuasa-Nya. Inilah keyakinan yang membuat seseorang tidakmudah goyah ketika mengalami kegagalan. Dia akan maju terus untuk menemuikeberhasilan.

untuk memudahkan kita belajar kembali menguatkan keyakinan kita kepada-Nya, maka kita harus belajarsedikit demi sedikit untuk dapat mengingat-Nya. Dalam hal ini, kita belajaruntuk dapat banyak berdzikir; menyebut dan mengingat nama-Nya.
Marilah bersama kitarenungkan firman Allah Swt. berikut ini:“Katakanlah:‘Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru,Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamumengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilahjalan tengah di antara kedua itu.” (QS. al-Israa’ 17: 110).

untuk belajar meyakiniAllah dengan banyak mengingat-Nya. Mengingat Allah Swt. dengan cara menyebut asma-Nya secara tulus, ikhlas, dan khusyuk. Dengan cara yang demikian, maka orang-orang yang selalu mengingat-Nya akan memperoleh ketenteraman hati.Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalladalam al-Qur’an al-Karim berikut:“(Yaitu) orang-orang yangberiman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.ar-Ra’d13: 28).

Maka, supaya kita dapatberhasil, dan beruntung di dunia dan akhirat, setidaknya kita harus mempunyaimodal dasar, yakni sebuah keyakinan. Sebagai orang Islam, maka keyakinan utamayang mesti dibangun adalah keyakinan kepada Allah Swt. sebagaimana yang telahdibahas di muka. Dan, sebagai salah satu cara menguatkan keyakinan ini adalahdengan banyak mengingat-Nya. Ya, sekali lagi, banyak mengingat-Nya. Sebagaimanafirman Allah Swt. berikut: “Hai orang-orang yangberiman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yangsebanyak-banyaknya.” (QS. al-Ahzab 33: 41).

MENJAWAB TENTANG DZAT ALLAH SWT
Assalamualaikum wr.wb.
Inilah yang suka di tanya oleh non muslim terutama kaum nasrani tentang bagaimanakah dzat / wujud Allah swt sebenarnya. Ternyata tidak sedikit umat Kristen yang tidak, atau belum, memahami konsep ketuhanan dalam Islam masih "terperangkap" dalam ruang berfikir sempit yang mengira bahwa Allah (atau eksistensi-Nya) yang sering "digambarkan" oleh umat Muslim dengan sebutan "DZAT" adalah sama dengan berbagai dzat yang diciptakan oleh Allah sendiri. Sebagian dari mereka memang benar-benar bertanya, namun sebagian lagi menjadikannya sebagai olok-olok, bahkan ada yang menuntut untuk "diperlihatkan" wujud Allah sebagai bukti bahwa Allah yang disembah oleh umat Islam itu ada!

Meski kaget, tapi kita tentunya tidak boleh serta merta menyalahkan mereka, sebab semua itu adalah akibat dari ajaran Kristen yang selama hidupnya membatasi mereka untuk menemukan hakikat Tuhan dengan menggunakan akal budinya sendiri-sendiri. Tidak sama denga umat Muslim, pengenalan mereka kepada Tuhan adalah urusan gereja, sedangkan jemaat cukup mengimani saja.

Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran 3:190-191)

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus 10:101)

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Shaad 38:27)

Rasulullah saw bersabda: ”Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir tentang Dzat Allah ” [Hadits hasan, Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah]

Kata dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw,“Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau "Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya." (atau dzat Sang Pencipta).

Perhatikanlah Firman Allah swt ini: "Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS Al-Ikhlas 112:4) ”Tidak sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS As-Syuuraa 26 :11)

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."(QS. Al-An'Aam 6:103)

Dengan demikian, maka setiap kali kita menyebut Dzat Allah, tidak berarti bahwa dzat yang dimaksud adalah dzat yang sama dengan berbagai dzat ciptaan-Nya sendiri seperti zat cair, zat padat, zat gas, atau zat-zat lain yang menyerupai itu. Sama hal nya dengan ketika kita berkata bahwa Allah Maha Mendengar. Ini juga tidak bisa diartikan sesederhana sebagaimana makhluk ciptaan-Nya mendengar dengan bantuan panca indera telinga.

Perhatikanlah pula Firman Allah swt ini: "Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar- benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah." (QS Al-Baqarah 2:269)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS Ali-Imran 3:190)

Jika dalam tiga firman sebelumnya Allah menyiratkan bahwa mustahil panca indera manusia akan mampu mencapai eksistensi-Nya, maka pada dua firman berikutnya (ada puluhan banyaknya yang serupa), Allah swt menyiratkan kepada kita bahwa manusia, bila mau merendah dan berfikir, niscaya akan mampu mencapai eksistensi-Nya melalui perantara akal.

Rasulullah saw berpesan, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” Sabda beliau ini menyiratkan bahwa berfikir tentang ciptaan Allah, walaubagaimanapun, akan menyadarkan kita bahwa Allah itu ada, dan eksistensi-Nya sangat nyata. Namun Rasulullah saw juga mengingatkan; cukuplah sampai di situ saja! Jangan coba-coba untuk berpikir lebih jauh, misalnya tentang bagaimana kira-kira Dzat Allah, atau sosok Allah itu sendiri.

Mengapa demikian? Pertama, karena Allah sendiri sudah mengingatkan kita (Lihatlagi QS Al-An'Aam 6 :103 di atas) dan Rasulullah saw juga sudah tegas-tegas melarangnya (perhatikan sabda beliau tadi, begitu juga makna yang terkandungdalam QS Yunus 10:101 di atas).

Tentang larangan ini tentu Rasulullah saw adalah manusia yang paling mengetahuiapa alasannya. Sebab beliau sendiri pernah "bertemu" dengan Allahketika melakukan perjalanan malam yang kita kenal dengan sebutan Isra' Mi'rajitu. Ini sekaligus juga menjelaskan bahwa prasangka sebagian umat Kristen yangmengatakan bahwa Rasulullah saw "tidak tahu" bagaimana sesungguhnya dzat Allah itu adalah pendapat yang sangat keliru!

Sedangkan alasan yang kedua adalah, walau bagaimanapun kita paksakan, pada kenyataannya seluruh kemampuan panca indera kita yang sangat terbatas ini pasti tidak akan pernah mampu melihat dzat atau wujud Allah!
Sifat Allah adalah mutlak (absolute). Tidak mungkin dibatasi oleh apa pun, apalagi oleh alam pikiran manusia. Sementara sifat manusia sendiri serba sangat terbatas. Untuk membuktikan betapa kecilnya kita dibandingkan dengan betapa Maha Besarnya Allah, salahsatu contoh yang saya pikir sangat mudah untuk difahami misalnya adalah begini:
Kita yang sangat kecil ini hidup, berdiri, berjalan, tidur dlsb di atas permukaan bumi yang kita yakini betul bahwa wujudnya ada dan nyata. Tapi jika kemudian ada orang yang bertanya, "Dapatkah anda melihat wujud bumi ini seutuhnya dari tempat anda sekarang berdiri?" Kira-kira apa jawaban anda?
Padahal bumi hanya salahsatu dari bermilyar-milyar ciptaan Allah yang bertebaran di seluruh jagad raya ini. Dapatkah kita, dari tempat berdiri sekarang ini misalnya, melihat benda-benda langit yang konon katanya ada yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih besar dari bumi?
Jika anda katakan "Dapat", maka dapat pula dipastikan bahwa anda pasti sedang berdusta. Sedangkan jika anda katakan "Tidak," dan memang demikianlah adanya, lalu bagaimana mungkin kita coba mengandalkan panca indera yang sangat terbatas ini untuk melihat Dzat Allah yang sejatinya adalah Sang Pencipta seluruh benda, atau wujud-wujud lain di alam semesta yang jelas-jelas tidak mampu kita lihat itu?
Jadi, gampangnya begini: sedangkan untuk melihat ciptaan-Nya saja kita sudah tidak sanggup, apalagi untuk melihat sang Penciptanya sendiri?
Maka pengetahuan kita tentang Dzat Allah dengan sendirinya tidak akan mungkin melampaui pengetahuan yang sudah diajarkan oleh Allah sendiri kepada kita seperti misalnya bagaimana sifat-sifat-Nya, bagaimana harus menyebut nama-Nya, apa yang dikehendaki-Nya, apa yang tidak disukai-Nya, dan lain-lain tentang Allah sebagaimana yang sejak awal peradaban manusia telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya kepada umat manusia. Baik itu melalui wahyu Allah yang diturunkan langsung kepada mereka, maupun yang diturunkan melalui kitab-kitab wahyu Allah seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an.

Adapun bagi umat Muslim, tentu saja pengenalan kepada Allah menjadi seperti apa yang diajarkan di dalam Al-Qur'an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. Dan dari sinilah umat Muslim menjadi faham betul bahwa konsep Ketuhanan Allah dalam Islam sudah sangat mapan, sehingga tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan, terutama bagi orang-orang yang berpikir dengan menggunakan akalnya secara paripurna.
Jadi, jika kita tetap memaksakan diri juga untuk “mewujudkan” sosok Allah dalam pikiran kita, maka seperti sudah dijelaskan di atas, bagaimanapun bentuk pewujudan itu, PASTI SALAH! Sebab, bukankah selama ini pengetahuan kita tentang bentuk atau wujud selalu berdasarkan pada persepsi yang bersandar pada segala sesuatu yang pernah kita lihat? Sedangkan dari seluruh ajaran Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw (termasuk Nabi Isa) sampai kepada Nabi Muhammad sendiri tentang wujud Allah, kita belajar bahwa semuanya bermuara pada satu persamaan yang hakiki yaitu: Allah sama sekali tidak serupa dengan apa pun yang dapat dibayangkan oleh akal dan dicapai oleh panca indera manusia. Allah kita MAHA GHAIB!

Perhatikan juga ini:
"Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya!" (Ayub 22:12)
"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat," (Yohanes 5:37)
"Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti." (Lukas 8:10)
Itu sebabnya mengapa ketika ajaran para Nabi dan Rasul Allah sebelum Nabi Muhammad saw tentang eksistensi Allah "dibenturkan" pada konsep Trinitas yang TIDAK PERNAH diajarkan oleh Nabi Isa as (Yesus) sendiri, maka turunlah peringatan Allah melalui firman-Nya di dalam Al-Qur'an seperti berikut ini:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisaa[4]:171)
Semoga bermanfaat!

Diunggah oleh: Gus Mendem


MENGENAL SIFAT ALLAH SWT DAN PENJELASAN

Asyhadu an-laa ilaaha illallaah  (Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah), Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah  (dan saya bersaksi Muhammad SAW adalah Utusan Allah).
Kalimat diatas menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai
satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang.
Allah swt berfirman "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu [juga menyatakan yang demikian itu].Tak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS.3 Al Imran :18)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok [akhirat], dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.59. Al-Hasr :18)

Sebagai Umat islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

A.   Pengertian Iman kepada Allah SWT
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi : “Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.” (HR Thabrani)

Dari penjelasan Hadits diatas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur
anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan.

Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.

Firman Allah SWT :“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS.An Nisa : 136)

B.   Sifat-Sifat Allah SWT
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat
wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
1. Sifat wajib,
artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT – Sifat wajib Allah berjumlah 13.
2. Sifat mustahil,
artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT – Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
3. Sifat jaiz,
artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. – Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”

C.  Dalil Naqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT
Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20, diantaranya :
1. Wujud (Ada)
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan
zat-Nya sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah : Adam  yang berarti tidak ada.
Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.

Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta beserta isinya
ada karena Allah yang menciptakannya. Allah SWT berfirman :“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam“ … (QS. Al-A’raf :54)

Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal
sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya. Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ? Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?

Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita. Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT).

Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman : “Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?”  (QS.Al Muminun :78-80)

2. Qidam (Dahulu atau Awal)
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah : Hudus yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam. Firman Allah SWT :“Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu“ … (QS. Al-Hadid :3)

Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan..

3. Baqa’ (Kekal)
Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan.
Sifat mustahilnya adalah : Fana’ artinya rusak atau binasa.
Semua mahluk yang ada dialam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak
atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.

Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi tua dan mati.
Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri dihadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal. Firman Allah SWT :“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan“ (QS. Ar-Rahman :26-27)

4. Mukhalafatu lil hawadits (berbeda dengan Ciptaannya)
Berbeda dengan semua yang baru (mahluk).
Sifat mustahil-Nya adalah : Mumasalatu lil hawadisi Artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang
jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain.

Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya. Firman Allah SWT :“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat“ … (QS. Asy-Syura :11)

Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman :“….Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah).” … (QS Al Ikhlas :4)

Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya

5. Qiyamuhu binafsihi (Allah berdiri sendiri)
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan.
Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Ihtiyaju lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.
Firman Allah SWT :“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.”(QS Ali Imran:2)

Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain.
Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.

6. Wahdaniyyah (Esa atau Tunggal)
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu
unsur dengan unsur yang lain menjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.

Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.

Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan
tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.

Sifat mustahil-Nya adalah : Ta’adud Artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini :
”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya
segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” … (QS Al Ikhlas :1-4)

Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap muslim atau tidak ,
bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.”

7. Qudrat (Berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi,
baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya.
Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah). Firman Allah SWT : “Sesungguhnya ALLAH berkuasa atas segala sesuatu“ … (QS. Al-Baqarah :20)

Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah
SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup dimuka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

8. Iradat (Berkehendak)
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain
atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.

Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.

Sifat mustahil-Nya adalah : Karahah, Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah
SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).

Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :“Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah” …. (QS. Yasin : 82)

Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok
yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.

9. Ilmu (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat.
Sifat mustahil-Nya adalah : Jahlun yang artinya bodoh.

Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis
kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.

Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?. Firman Allah SWT :”…..Allah SWT mengetahui
apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” … (QS Al Hujurat:16)

Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar
bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.

10. Hayat (Hidup)
Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha
Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah : Mautun yang artinya mati.
Contohnya,
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat,
tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak. Firman Allah SWT : ”Allah tidak ada Tuhan
melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” … (QS Al Baqarah: 255)

Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita
selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.

11. Sam’un (Mendengar)
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari
pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.
Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.

Sifat mustahil-Nnya adalah : Summun artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.

Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya.
Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun. Sebagaimana Firman Allah
SWT ”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)

Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan
bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.

12. Basar (Melihat)
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.

Sifat mustahil-Nya adalah : ‘Umyun,  artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya. Firman Allah SWT ”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah: 265)

Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.

13. Kalam (Berbicara /Berfirman)
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi
dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.

Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat
sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.

Sifat mustahi-Nya adalah : Bukmun, artinya Bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan.

Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT ”……. Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas”(QS AnNisa’ :164)

Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat
tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar.

Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.

14. Kaunuhu Qadirun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa.
Allah tidak lemah, Ia berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya. “Sesungguhnya Alllah
berkuasa atas segala sesuatu“ (QS. Al Baqarah :20).

15. Kaunuhu Muridun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha Berkehendak. Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)

16.  Kaunuhu ‘Alimun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, yaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.
Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia.
“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176)

17. Kaunuhu Hayyun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, yaitu lain daripada sifat Hayat.
Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati“ (QS. Al Furqon :58)

18. Kaunuhu Sami’un
Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, yaitu lain daripada sifat Sama’.

Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar. Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).

19. Kaunuhu Basirun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, yaitu lain daripada sifat Bashar.
Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat baik.
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)

20. Kaunuhu Mutakallimun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum, yaitu lain daripada sifat Qudrat.
Sifat Allah ini berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.

D. Hikmah Beriman kepada Allah SWT
Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah diantaranya :Meyakini kebesaran Allah SWT
Meningkatkan rasa syukur
Selalu menjalankan perinyah-Nya.
Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.
Tidak takut menghadapi kematian

ALLAH SWT DAN SIFAT-SIFATNYA*
ALLAH adalah ismudz Dzat yang mengandung seluruh pengertian yang ada dalam Asmaul Husna. Allah SWT Mahaesa, Mahaesa, Maha Pengasih,dan Maha Penyayang "Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Mahaesa, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." (QS. 2/Al- Baqoroh: 163)

"Dia-lah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zhohir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 57/ATHadid: 3).

Yang dimaksud dengan"Yang Awal" ialah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada.
"Yang Akhir" ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah.
"Yang Zhohir" artinya yang nyata karena banyak buktinya.
"Yang Batin"artinya tidak ada sesuatu pun yang menghalangi-Nya. Dan Dia lebih dekat kepada makhluk-Nya melebihi makhluk itu sendiri kepada dirinya.

Allah SWT penguasa tunggal alam semesta, serta pemilik segala keagungan, dan kemuliaan. "Dia tidak berawal, dan juga tidak berkhir. "Dialah Allah, tiada Tuhan selain Dia, Maha Raja Yang Mahasuci. Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. 59/Al-Hasyr: 23)

"Semua yang ada dibumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal." (QS. 55/Ar-Rohman: 26-27).

Tiada seorang pun yang setara dengan Allah SWT. Oleh karena itu kafirlah orang-orang yang menyekutukannya. Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya Allah itu ialah Almasih putra Maryam," Padahal Almasih sendiri berkata, "Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku danTuhanmu." (QS. 5/ATMaidah: 72)

Juga kafirlah orang-orang yang menyekutukan-Nya. "Sungguh kafirlah orang-orang yang mengatakan, bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih."(QS. 5/Al-Maidah: 73)

Jelaslah bahwa orang yang mengakui ajaran tritunggal atau trinitas (yaitu mempercayai adanya tuhan bapak, tuhan anak, dan roh kudus) terhitung kafir. Sebab Allah SWT Maha Esa, tidak punya pasangan dan tidak punya sekutu. Dia juga tidak beranak, dan tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. (Katakanlah Muhammad), "Sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak." (QS. 72/ATin: 3)
Katakanlah (Muhammad), "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya." (QS.112/Al- Ikhlas: 1-4)

Allah SWT tidak menyerupai sesuatu, dan tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya. "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia." (QS. A2/Asy-Syuro: 11)

"Dia juga tidak membutuhkan apapun dari makhluknya. "Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) Maha Terpuji." (QS. 35/Fathir: 15)

"Allah SWT juga menegaskan, "Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sungguh Allah, Dialah Pemberi Rezeki Yang memiliki kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. 51/Adz-Dzariyat: 58)

Allah SWT memilik arasy, yaitu singgahsana-Nya di atas langit ke tujuh yang tidak dapat diketahui hakikatnya oleh akal manusia, tapi dapat diyakini kebenarannya, namun Dia Mahasuci dari sifat isticjror (menetap). "...Dia adalah Tuhan yang memiliki’ Arasy (singgasana) yang agung." (QS. 9/At- Taubalr. 129)

"... Dia berada diatas ’Arasy untuk mengatur segala sesuatu." (QS. 10/Yunus: 3)

Allah SWT sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya. "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. (QS. 2/Al-Baqoroh 186).

Permohonan kepada Allahini haruslah dilakukan secara langsung tanpa melalui perantara apapun. Sejauhmanakah kedekatan Allah SWT dengan hamba-Nya? Dia berfirman, "Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (QS.50/Qof: 16)

Allah SWT Maha Berkuasa atas segala sesuatu. "Sungguh Tuhanmu, Dialah Yang Mahapencipta, Mahamengetahui.’’ (QS. 15/Al-Hijr: 86)

Apabila Dia ingin menciptakan sesuatu, hanya berfirman "kun (jadilah)", maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya.
"Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan ) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya: ’Jadilah’, maka jadilah sesuatu itu." (QS. 3/Ali Imron: 59)

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika Dia berkata: "jadilah", maka jadilah sesuatu itu. (QS. 6/Al- An’am: 73)

Semua Allah SWT ciptakan dengan seimbang. "(Dia) Yang menciptakan langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu melihat sesuatu yang cacat?" (QS.67/Al-Mulk: 3)

Allah SWT juga menyempurnakan dan memberi petunjuk pada ciptaan-Nya. "Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk." (QS.87/Al-A’la 1-2)

Tentang kekuasaan-Nya, Allah SWT menjelaskannya dengan tamsil Burung. Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati," Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" Dia (Ibrohim) menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)." Dia (Allah) berfirman, "Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." (QS. 2/Al-Baqoroh: 260)

MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMANNYA
Apakah Tuhan Itu ada ? Inilah Jawabannya
Dalam sebuah pesta ulang tahun anak komunis yang kaya raya di rumahnya, ia sengaja mengumpulkan anak-anak di sekitarnya dan ingin merusak pola pikir mereka agar tidak mengenal Tuhan. Salah satu anak seorang kiai terkenal diundang juga. Setelah anak-anak kumpul, sang komunis berkata:
"Anak-anak sekalian, Om mau tanya, 'Apakah Tuhan itu ada?' Ayo jawab siapa yang bisa menjawab Om kasih uang 500 ribu."
"Tuhan itu ada Om," teriak salah seorang anak yang mengharapkan hadiah uang.

"Kalau ada, coba kamu minta uang sama Tuhan," ujar sang komunis menguji jawaban anak itu. Namun sang anak malah bingung dan diam.
"Kenapa diam? pasti Tuhan tidak memberi kamu uang kan? Nah, coba kalau kamu minta uang sama Om."

"Om, minta uangnya dong," ujar anak tadi.
Lalu sang komunis itu segera memberikan selembar uang 100-an ribu.

"Nah, jadi Tuhan itu tidak ada, karena tidak dapat memberi kalian uang. Setuju enggak."
"Setuju...!!" Teriak anak-anak itu lalu mereka minta uang.
Sang komunis segera memberikan uang-uangnya.

Tiba-tiba terdengar jeritan, semua yang hadir menuju tempat tersebut. Ternyata anjing kesayangan sang komunis itu sedang sekarat akibat keracunan makanan. Sang komunis sangat sedih dan menangis.
"Maaf Om, bisakah Om menghidupkan anjing kesayangan Om itu?" tanya anak seorang kiai makrifat.

Sang komunis itu hanya terdiam sambil terus menangis. Lalu anak sang kiai itu berdoa dengan suara kencang.
"Ya Tuhan, tolonglah Om ini. Dia kebingungan karena anjingnya Kau buat sekarat. Ya Tuhan hidupkanlah anjing ini... karena aku yakin Tuhan itu ada."
Usai sang anak berdoa, dengan izin Tuhan, anjing yang sekarat itu mulai membaik. Semua yang hadir tersentak kaget. Sang komunis tersenyum senang.

"Ini nak, uang satu juta buat kamu. Karena kamu sudah menolong anjing Om," ujar sang komunis sambil memberikan uangnyaa.
"Tidak Om, terima kasih. Ternyata Tuhan itu memang ada, kan Om?" Kata sang anak itu lalu pergi pulang. Diikuti anak-anak yang lain sambil melempar uang 100 ribu yang dipegangnya.
-----------------
Adu Kesombongan Tiga orang tua sedang berkumpul di sebuah rumah seorang kiai. Kebetulan ketiga orang ini termasuk yang sukses secara materi, mereka berbincang-bincang dengan seru.
Orang tua pertama, berkata, "Alhamdulillah, Allah telah memberikan aku rezeki yang berlimpah ruah. Hidupku sangat bahagia, punya 5 rumah mewah, kendaraan mewah 8 buah dan 15 perusahaan yang dikelola anak-anakku."

Orang tua kedua, "Saya juga sangat bersyukur, lima anak saya bergelar doktor. Mereka menjadi rebutan para pengusaha terkenal, gaji mereka di atas 30 juta. Saya sebagai orang tuanya hidup sangat bahagia."

Orang tua ketiga, "Alhamdulillah, saya ini punya istri empat dan 8 anak. Semua anak saya sudah mapan, 4 orang menjadi asisten menteri, 4 orang menjadi direktur di perusahaan asing. Mereka semuanya sangat baik, jadi saya bisa bermain ke mana saja dengan fasilitas anak-anak."menjelma

Dan pak kiai pun ikut berkata, "Wah, Alhamdulillah semua yang saya dengar dari bapak-bapak sangat hebat. Kalau saya jujur saja, di dunia ini belum ada yang bisa dibanggakan. Ibadah saya masih bolong-bolong, puasa suka tidak penuh, amal sangat sedikit. Bagaimana saya bisa hidup enak seperti bapak-bapak ini? Mudah-mudahan, saya bisa ikut menyombongkan diri kepada bapak-bapak di akhirat nanti. Soalnya saya baru bisa melihat sukses atau tidak hidup saya dan miskin atau kaya, baru nanti di akhirat kelak. Jadi saya tidak bisa sombong sekarang."
Ketiga orang tua itu tersenyum kecut penuh malu.

Diposkan oleh Indra Jie N

Maksud Allah Lebih Dekat dari Urat Leher*
Firman Allah swt :"Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qoff : 16 – 17)

Firman-Nya,” dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” adalah para malaikat Allah swt lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya. Dan barangsiapa yang menakwilkannya atas dasar ilmu maka dia akan menghindar agar tidak terjadi penyatuan antara keduanya (hulul / ittihad), dan hal itu tertolak berdasarkan ijma’, Maha Suci dan Maha Tinggi Allah swt.
Namun lafazh tidaklah menunjukkan yang demikian karena Allah swt tidak mengatakan,”dan Aku lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” akan tetapi Dia swt mengatakan,”dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”

Sebagaimana disebutkan didalam ”al Muhtadhor” bahwa makna dari :”Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat,” (QS. Al Waqi’ah : 85) yaitu malaikat-Nya, sebagaimana firman Allah swt :”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al hijr : 85) Yaitu malaikat turun dengan membawa Al Qur’an dengan izin Allah swt.

Begitu pula dengan malaikat lebih dekat kepada manusia dari pada urat lehernya dengan kekuasaan Allah terhadap mereka. (Tafsir al Qur’an al Azhim juz VII hal 398)

Sedangkan makna ”ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” yaitu Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya saat kedua malaikat mencatat amalnya. Artinya bahwa Kami lebih mengetahui tentang keadaannya dan Kami tidak memerlukan malaikat pemberitahu akan tetapi kedua malaikat itu ditugaskan untuk suatu keperluan sebagai penegasan perintah.

Al Hasan. Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa المتلقيان adalah dua malaikat yang mencatat amalmu, satu berada di sebelah kananmu mencatat amal kebaikanmu sedangkan yang lainnya berada di sebelah kirimu mencatat amal keburukanmu.

Al Hasan mengatakan,”Hingga jika engkau meninggal maka ditutuplah lembaran catatan amalmu lalu pada hari kiamat maka dikatakanlah kepadamu, firman Allah swt : "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (QS. Al Israa : 14) ....demi Allah engkaulah yang telah menjadikan dirimu menghisab dirimu sendiri.” (al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz IX hal 11 - 12)
Wallahu A’lam

By Hamba Alloh

Cahaya Allah akan Jauh dari Pelaku Maksiat
Sudah ma’ruf perkataan Imam Syafi’i di tengah-tengah kita mengenai jeleknya hafalan karena sebab maksiat. Tulisan ini sebagai ibrah bagi kita bahwa maksiat bisa mempengaruhi jeleknya hafalan dan mengganggu ibadah kita.
Imam Syafi’i rh pernah berkata,“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

Padahal Imam Syafi’i sebenarnya orang yang hafalannya sungguh amat luar biasa. Diriwayatkan dari Imam Asy Syafi’i, ia berkata, “Aku telah menghafalkan Al Qur’an ketika berumur 7 tahun. Aku pun telah menghafal kitab Al Muwatho’ ketika berumur 10 tahun. Ketika berusia 15 tahun, aku pun sudah berfatwa.” (Thorh At Tatsrib, 1: 95-96). Sungguh luar biasa hafalan beliau rh.

Namun kenapa hafalan beliau bisa terganggu?
Ketika itu Imam Syafi’i mengadukan pada gurunya Waki’. Beliau berkata, “Wahai guruku, aku tidak dapat mengulangi hafalanku dengan cepat. Apa sebabnya?”
Gurunya, Waki’ lantas berkata, “Engkau pasti pernah melakukan suatu dosa. Cobalah engkau merenungkan kembali!”

Imam Syafi’i pun merenung, ia merenungkan keadaan dirinya, “Apa yah dosa yang kira-kira telah kuperbuat?”
Beliau pun teringat bahwa pernah suatu saat beliau melihat seorang wanita tanpa sengaja yang sedang menaiki kendaraannya, lantas tersingkap pahanya [ada pula yang mengatakan: yang terlihat adalah mata kakinya]. Kemudian setelah itu beliau memalingkan wajahnya.

Lantas keluarlah sya’ir yang diucapkan di atas. Inilah tanda waro’ dari Imam Asy Syafi’i, yaitu kehati-hatian beliau dari maksiat. Beliau melihat kaki wanita yang tidak halal baginya, lantas beliau menyebut dirinya bermaksiat. Sehingga ia lupa terhadap apa yang telah ia hafalkan. [Kisah diatas penulis olah dari tulisan pada link:http.www.ar.de.yazan.com/showthread.php?59]

Hafalan beliau bisa terganggu karena ketidak-sengajaan. Itu pun sudah mempengaruhi hafalan beliau.
Bagaimana lagi pada orang yang senang melihat wajah wanita, aurat mereka atau bahkan melihat bagian dalam tubuh mereka?!
Sungguh, kita memang benar-benar telah terlena dengan maksiat. Lantas maksiat tersebut menutupi hati kita sehingga kita pun sulit melakukan ketaatan, malas untuk beribadah, juga sulit dalam hafalan Al Qur’an dan hafalan ilmu lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14).

Al Hasan Al Bashri rh berkata, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14: 268).

Mujahid rh mengatakan, “Hati itu seperti telapak tangan. Awalnya ia dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Jika berbuat dosa, maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup telapak tangan tersebut. Jika ia berbuat dosa lagi, maka jari lainnya akan menutup telapak tangan tadi. Akhirnya seluruh telapak tangan tadi tertutupi oleh jari-jemari.” (Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7: 442).

Ibnul Qayyim rh mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.” (Ad Daa’ wad Dawaa’,107.)
Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,:“Jika engkau menganggap dosa itu kecil, maka itu sudah dianggap besar di sisi Allah. Sebaliknya, jika engkau mengganggap dosa itu begitu besar, maka itu akan menjadi ringan di sisi Allah.”

Imam Ahmad berkata bahwa beliau pernah mendengar Bilal bin Sa’id menuturkan, “Janganlah engkau melihat pada kecilnya dosa. Akan tetapi lihatlah pada agungnya siapa yang engkau maksiati (yaitu Allah Ta’ala).”[Dua perkataan penulis nukil dari link yang sama]

Ya Allah, berilah taufik pada kami untuk mudah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat serta berilah hidayah pada kami untuk giat bertaubat.
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot, wa tarkal munkaroot.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
@ Sabic Lab, Riyadh KSA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar