Minggu, 08 Februari 2015

SHALAT: Sejarah dan Asal usulnya

SHALAT: Sejarah dan Asal usulnya



Oleh Rosilawati  Febten 9 Juni 2013 pukul 5:05




Shalat Sejarah, Asal usul dalam Qur'an

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

                Istilah Sholat berasal dari kata kerja Shalaah (yang menyatakan suatu perbuatan) dan orang yang melakukannya disebut Mushallin,sementara pusat tempat melakukannya disebut Musholla. Sholat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah kecuali ada ketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya[Misalnya jika sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengan kedipan mata saja.
            Perintahmendirikan shalat dalam al qur'an  Qs Al Maidah 5 :12 "Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Isra'ildan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin dan Allahberfirman, "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamumendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dankamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baiksesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akanKumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnyaiatelahtersesatdarijalanyanglurus." Qs.4annisaa’:103"....dirikanlahshalatitu(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalahkewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orangyangberiman"Qs. 22 al-hajj : 77 "Hai orang-orang yang beriman, Ruku’ dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ; Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkankemenangan.Qs Ibrahim 14: 31 "Katakanlah kepadahamba-hamba-Ku yang telah beriman, "Hendaklah mereka mendirikan salat,menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyiatau pun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidakada jual beli dan persahabatan"
Qs Ibrahim 14:40 "Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetapmendirikansalat,yaTuhankami,perkenankanlahdoaku"Qs. 70 al-Ma’arij : 22 "Kecuali bagiorang yang mushollin (yang mengerjakan sholat)QsAl-Baqarah,43"Dandirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang –orangyangruku".Qs Al-Baqarah 110 "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yangkamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya padasisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan".Qs. 2 al-Baqarah: 125 "Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu musholla (tempatsholat)"Qs Al Ankabut : 45"Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegahperbuatankejidanmunkar".Qs An-Nuur: 56 "Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul,agar supaya kalian semua diberi rahmat"  Qs.20 thaha: 132 "Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya".Qs Al Bayyinah 98 :5 "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikanketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya merekamendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yanglurus" Qs.21 al-anbiya: 73 "Kamitelah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjukdengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakankebajikan,mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepadaKamilahmerekaselalumenyembah,"Perintah sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi muda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung, malu atau malah tidak bisa melakukannya.Dari Amer bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, berkata :Rasulullah Saw bersabda: ‘Perintahkanlah anak- anakmu mengerjakan sholat disaat mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka jika tidak mengerjakannya saat mereka berumur 10 tahun’ (HR.Ahmad danabudaud) Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka mau mendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar memberi pengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat. 

             Bukankah secara paradoks siksa Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang kita berikan dalam rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka dari azab Allah ?
               Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklahmerekaakanditolong".(Qs.2al-Baqarah:48)Namun al-Quran juga disatu sisi tidak menjelaskan secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Petunjuk bahwa keturunan Adam mengerjakan shalat  
                    Didalam alqur'an Allah swt mengisahkan perjalanan beberapa nabiNya dan menyebutkan keutamaan sifat-sifat mereka yang senantiasa mendirikan shalat. Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti perintah Sholat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya.
Firman Allah swt dalam Qs Maryam 19 :58 "Merekaitu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabidari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dandari keturunan Ibrahim dan Israel, dan dari orang-orang yang telah Kami beripetunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang MahaPemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis"
                Secara umum sebenarnya ayat ini dapat menjadi dasar keterangan shalatnya semua nabi dan utusan Allah swt, sebab Allah telah menyatakan kepada kita dalam ayat ini bahwa semua nabi dan utusanNya adalah penegak shalat dan menyembah Allah dalam mendekatkan diri mereka kepadaNya. QS.21 al-anbiya: 72 "DanKami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Yakub, sebagai suatuanugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yangsaleh. 73 Kamitelah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjukdengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakankebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lahmereka selalu menyembah, 74dankepada Lut, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan diadari (azab yang telah menimpa penduduk)..."
QS Ibrahim 14:37 "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunankudi lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikanshalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berirezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur".
QS Al Hajj 22:26 "Dan(ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah(dengan mengatakan), "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun denganAku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orangyang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud".
Nabi Musa, QS.20 Thaha: 14 "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku".
Nabi Ismail QS.19 Maryam: 54 "Danceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalamal-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalahseorang rasul dan nabi. 55 Dania menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalahseorang yang diridai di sisi Tuhannya". (QS.19 Maryam: 54-55)
Nabi Isa al-Masih, QS.19 Maryam: 31 "....dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup".
Nabi Syu’aib,  QS.11 Huud: 87 "Merekaberkata, "Hai Syu'aib, apakah agamamu yang menyuruh kamu agar kamimeninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kamimemperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalahorang yang sangat penyantun lagi berakal."

Qs Al Bayyinah 98 :1 Orang-orang kafir yakniahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akanmeninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, 2(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaranyang disucikan (al-Qur'an), 3 di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yanglurus. 4 Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan al-Kitab(kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. 5Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikanketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya merekamendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yanglurus. (Qs Al Bayyinah 98 :1-5)

Pernyataan al-Qur’an tersebut dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam.
>Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah. (Perjanjian Lama – Kitab Keluaran 34:8)
>Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.(Perjanjian Lama – Kitab Mazmur 95:6)
>Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah. (Perjanjian Lama – Kitab Yosua 5:14)
>Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya. (Perjanjian Lama – Kitab I Raja-raja 18:42)
>Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka. (Perjanjian Lama – Kitab Bilangan 20:6)
>Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya lalu ia berlutut dan berdoa - (Perjanjian Baru – Injil Lukas 22:41)
>Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa (Perjanjian Baru – Injil Markus 14:35)
Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam bahwa Sholat sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya :Sebagai ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH itu".(Qs. 48 al-fath: 23)
Kisah perjalanan Nabi Muhammad mengarungi angkasa raya yang disebut dengan istilah Isra’ dan Mi’raj yang menceritakan awal diperintahkannya Sholat kepada Nabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis yang dianggap shahih atau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru mengandung banyak ketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat al-Quran sendiri.
Menurut hadis, Isra’ dan Mi’raj terjadi sewaktu Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang istri tercinta dan juga paman beliau, Abu Thalib dimana tahun ini disebut dengan tahun duka cita atau aamul ilzan[Drs. Abu Ahmadi, Mutiara isra’ mi’raj, Penerbit Bumi Aksara, hal. 27].
              Sementara sejarah juga mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah dengan Khadijjah sebagaimana yang pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abu Thalib yang kala itu masih remaja[Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa, 1998, hal. 87 – 88].
                    Logikanya perintah Sholat telah diterima oleh Nabi Muhammad bukan saat beliau Isra’ dan Mi’raj namun jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Qur’an yang menceritakan mengenai peristiwa Mi’raj sama sekali tidak menyinggung tentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi.[Lihat QS.17 al-isra:1 dan QS.53 an-najm :13-188] ; Pada kedua surah tersebut hanya menekankan cerita perjalanan Nabi tersebut dalam rangka menunjukkan sebagian dari kebesaran Allah dialam semesta sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi melihat wujud asli dari malaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau saksikan saat pertama mendapat wahyu di gua Hira.
Selain itu, diluar hadis Isra’ dan Mi’raj yang menggambarkan Nabi memperoleh perintah Sholat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya ada meriwayatkan sebuah hadis lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan cerita Mi’raj namun disana menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikat Jibril.
Dari Abu Mas’ud r.a. katanya : Rasulullah Saw bersabda : turun Jibril, lalu dia menjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya, lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya Nabi menghitung dengan lima anak jarinya - Hadis Riwayat Muslim[Fachruddin HS, Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu dan Kiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170]
Jika demikian adanya, bagaimana dengan kebenaran hadis yang dipercaya oleh banyak orang bahwa perintah Sholat baru diperoleh Nabi sewaktu isra’ dan mi’raj ?
Mungkin kedengarannya ekstrim, tetapi meragukan atau malah menolak keabsahan validitas hadis-hadis tersebut bukanlah perbuatan yang tercela apalagi berdosa, dalam hal ini kita tidak menolak dengan tanpa dasar yang jelas, para perawi hadis tetaplah manusia biasa seperti kita adanya, mereka juga bisa salah baik disengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja atau sadari, adalah kewajiban kita untuk melakukan koreksi jika mendapatkan kesalahan pada riwayat hadis yang mereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga kehormatannya dan berharap semoga Allah mengampuni kesalahannya.
               Beberapa kejanggalan variasi cerita Isra’ dan Mi’raj diantaranya sebut saja kisah Nabi Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul maqdis dan melakukan sholat berjemaah didalam masjidil aqsha bersama arwah para Nabi sebelumnya, padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru dibangun pada masa pemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637 masehi saat penyerbuannya ke Palestina yang mana notabene saat itu Nabi Muhammad sendiri sudah cukup lama wafat, beliau wafat tahun 632 masehi.
                   Cerita sholatnya Nabi Muhammad dan para arwah inipun patut mengundang pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menurut hadis itu malah raka’atnya berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima perintah Sholat saat Mi’raj sudah bertentangan padahal kisah ini terjadi detik-detik sebelum mi’raj itu sendiri.
                  Belum lagi cerita sholatnya para arwah Nabi pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yang logis, masa kehidupan mereka telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad dan mereka sendiri sudah menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul Allah kepada umatnya, perlu apa lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur didalam tanah itu melakukan sholat ?
                  Setelah selesai sholat berjemaah, lalu satu persatu para arwah Nabi dan Rasul itu memberi kata sambutannya … sungguh suatu hal yang terlalu mengada-ada, karena jumlah mereka ada ribuan yang berasal dari berbagai daerah dibelahan dunia ini, baik yang namanya tercantum dalam al-Quran ataupun tidak[ lihat surah 40 al-mu’min: 78 dan surah. 17 al-israa’: 15], berapa lama waktu yang habis diperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para arwah ini ?
               Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu bertemu dan bersaksi mengenai kebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran sendiri yang menyatakan bahwa pada masa kehidupan mereka dan pengangkatan mereka selaku Nabi dan Rasul, Allah telah mengambil perjanjian dari mereka mengenai akan datangnya seorang Rasul yang membenarkan ajaran mereka sebelumnya lalu terdapat perintah tersirat agar mereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing : Dan ketika Allah mengambil perjanjian terhadap para Nabi : ‘Jika datang kepadamu Kitab dan Hikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang ada tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya.’ ; Dia bertanya : ‘Sudahkah kalian menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku tersebut ?’ ; Mereka menjawab : ‘Kami menyanggupinya !’ ; Dia berkata : ‘Saksikanlah ! dan Aku bersama kamu adalah dari golongan mereka yang menyaksikan !’ (Qs. 3 ali imron: 81)
              Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis mi’raj adalah saat Nabi Muhammad diberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk penawaran jumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam, apakah sedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saran berkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAH sampai 9 kali pulang pergi ?
            Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam cerita tersebut dengan menganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan keterbatasan umat Nabi Muhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban kewajiban yang pasti tidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa itu harus turut campur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih dari sekali saja sebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang Israel atau Yahudi yang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas yang lain) ?
Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih akan diterima dan dipertahankan hanya untuk mempertahankan dalil turunnya perintah Sholat, sementara al-Qur’an sendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru tidak berbicara apa-apa tentang hal tersebut ?
Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad pernah melakukan Isra’ dan Mi’raj karena hal ini ada didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perlu diragukan pula bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslim sebab inipun banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis lain, bahkan sholat merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi dan Rasul dalam semua jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum muslimin bisa menerima semua riwayat hadis yang isinya secara jelas mempunyai pertentangan dengan al-Quran dan logika, sehingga akhirnya hanya akan menyerahkan akal pada kebodohan berpikir, padahal Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikir didalam membaca ayat-ayat-Nya.
Wassalam, AL ISLAM/Armansyah.

Asal Usul Shalat 5 Waktu
Pada peristiwa Isra dan Mi’raj. Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan menaiki Burak dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa kemudian diterbangkan ke langit tertinggi yang disebutSidratul Muntaha oleh Allah SWT. Dalam peristiwa ini, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan kelima shalat ini dalam lima waktu yang harus dilaksanakan satu hari satu malam. Peristiwa Isra Mi’raj ini menjadi tonggak bagi umat Islam karena pada saat itulah kewajiban shalat lima waktu  diwajibkan bagi seluruh umat Islam.
> "Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman" (Qs. 4 an-Nisa :103- 104)
> "Hai orang-orang yang beriman, Ruku? dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ;Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan". (Qs. 22 al-hajj : 77)

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Karena shalat adalah rukun islam yang kedua. Oleh karena itu, semua umat islam diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu, yaitu shalat subuh, dzuhur, asar, maghrib, dan isya. 
Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak.

Namun, kapankah shalat ini pertama kali dilaksanakan ?
Nabi Adam adalah nabi pertama yang mengajarkan shalat subuh. Saat itu, beliau baru saja diturunkan dari surga ke dunia oleh Allah SWT karenasudah melanggar larangan Allah. Saat itu, bumi masih gelap gulita. Nabi Adam merasa sangat ketakutan karena baru sekali itu menginjakkan kakinya di dunia dan kegelapan yang menyambutnya. Saat Subuh menjelang dan matahari mulai terbit, Nabi Adam pun melaksanakan shalat dua rakaat sebagai tanda syukur kepada Allah SWT karena sudah terbebas dari kegelapan malam dan diberikan cahaya matahari sebagai gantinya. 
Rakaat pertama: Tanda bersyukur karena terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena siang telah menjelma.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang pertama mengerjakan Shalat Dhuhur. Tatkala beliau mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih puteranya, Nabi Isma’il dengan seekor domba kurban.Seruan itu datang pada waktu matahari sudah tepat di atas ubun-ubun kepala. Kemudian beliau melakukan shalat sebanyak empat rakaat sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT yaitu.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur karena dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keridhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur karena korbannya digantikan dengan tebusan kibas/domba.

Nabi Yunus adalah nabi pertama yang mengerjakan Shalat Asar.Saat itu, Nabi Yunus baru saja dimuntahkan oleh ikan paus yang sudah menelannya selama beberapa waktu lamanya. Berdiam lama di dalam perut ikan paus yang penuh dengan kegelapan membuat Nabi Yunus teringat dengan segala dosa-dosa yang sudah dilakukannya. Oleh karena tu, ketika ikan paus/nun memuntahkan dan melemparkannya ke sebuah pantai yang tandus, beliau langsung mendirikan shalat empat rakaat. Shalat ini sebagai rasa syukurnya kepada Allah SWT atas terbebasnya dari kegelapan yang telah menutupi mata dan hatinya selama ini yaitu:
Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan paus/nun.

Nabi Isa adalah nabi pertama yang mengerjakan Shalat Maghrib. Beliau melaksanakan Shalat Maghrib ketika Allah SWT menyelamatkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya sendiri. Shalat itu didirikan tiga rakaat pada saat matahari sudah terbenam. Nabi Isa melakukan shalat ini sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT karena sudah diselamatkan dari kejahilan tersebut yaitu.
Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahwa Tuhan itu hanya satu yaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Nabi Musa adalah nabi pertama yang mengerjakan shalat isya. Saat itu Nabi Musa dan isterinya, Shafura, sedang dalam perjalanan menuju tanah kelahiran Nabi Musa di Mesir setelah sebelumnya tingal bersama Syuaib. Mereka kesulitan mencari jalan keluar yang aman dari Madyan karena tentara Fir’aun sedang mencarinya di seluruh penjuru negeri. Sementara itu, Nabi Musa takut tentara Fir’aun akan menemukannya dan menyerahkannya pada Fir’aun yang zalim. Kegundahan Nabi Musa akhirnya didengar Allah SWT yang langsung menghilangkan rasa gundah itu dari hati Nabi Musa. Sebagai rasa syukur, Nabi Musa mendirikan shalat empat rakaat pada saat malam hari.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun

“Mahasuci Allah yang memperjalankan hambaNya pada malam hari dari mesjid yang jauh yang telah Kami berkati disekelilingnya supaya Kami perlihatkan keterangan2 Kami kepadanya sesungguhnya Dia mendengar dan melihat”. (QS Al-Isra [17]: 1)

“Sesungguhnya telah dilihatnya diwaktu yang lain. Dekat pohon teratai yang tak dapat dilampaui. Didekat itu ada taman tempat tinggal. Ketika pohon teratai itu ditutupi oleh apa yang menutupinya. Pemandangannya tiada menyimpang dan tiada melampaui. Sesungguhnya dia telah melihat keterangan2 yang amat besar dari Tuhannya”. (QS Al-Najm [53]: 13-18)
Perintah Mengerjakan Shalat
Perintah mengerjakan shalat fardhu yang diterima Nabibagi kita orang Islam tidak diturunkan Allah dalam waktu semalam. Jalansejarahnya wajar-wajar saja seiring dengan sejarah dakwah Nabi itu sendiri.Tidak spektakuler seperti kisah Isra’ Mi’raj. Barangkali karena itu oleh paraulama dianggap kurang menarik atau kurang mempunyai nilai jual untukdida’wahkan. Menurut Al Quran sholat yang mula-mula diwajibkan bagiNabi Muhammad SAW dan para pengikutnya adalah Shalat Malam, yaitu sejakditurunkannya Surat al-Muzzammil (73) ayat 1-19:“Hai orang yang berselimut (Muhammad),bangunlah (untuk sholat) di malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu, atau lebih dari seperdua itu.Dan bacalah itu dengan perlahan-lahan ….”

Sholat Malam itulah satu-satunya bentuk sholat fardhupada mulanya yakni tidak lama sesudah 3,5 tahun masa fatrah. Bukan sepertihalnya sholat tahajud yang bersifat penyempurna atau tidak wajib.
Begitulah ketentuan Tuhan terhadap seorang nabi yangtelah dipilihNya. Tuhan telah mengajarkan Nabi bersembahyang, maka iapunbersembahyang. 

Sejak peristiwa itu Nabi tidak merasa perlu lagi pergibertahanuth menyendiri ke gua Hira. Melainkan mengerjakan shalat di rumah ataudi mana saja memungkinkan. Begitu juga Khadijah ikut pula sembahyang. Selainputeri-puterinya, tinggal bersama keluarga itu Ali bin Abi Talib sebagai anakmuda yang belum balig.

Tatkala Muhammad dan Khadijah sedang sembahyang,tiba-tiba Ali menyeruak masuk. Dilihatnya kedua orang itu sedang ruku’ dansujud serta membaca beberapa ayat Qur’an yang sampai pada waktu itu sudah diwahyukankepadanya. Anak itu tertegun berdiri: “Kepada siapa kalian sujud?” tanyanyasetelah sembahyang selesai.
“Kami sujud kepada Allah,” jawab Muhammad, “Yangmengutusku menjadi nabi dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah”

Lalu Muhammadpun mengajak sepupunya itu beribadat kepadaAllah semata tiada bersekutu serta menerima agama yang dibawa nabi utusanNyadengan meninggalkan berhala-berhala semacam Lat dan ‘Uzza. Muhammad lalumembacakan beberapa ayat Qur’an. Ali sangat terpesona karena ayat-ayat ituluarbiasa indahnya.

Selanjutnya Allah menyempurnakan waktu-waktu shalat fardhu itu sebagai berikut: Al Israa’(17):78-79.“Dirikanlah shalat diwaktu tergelincir matahari sampai gelap malam, dan shalatsubuh. Sungguh shalat subuh disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malambertahajudlah sebagai tambahan keutamaan bagimu. Mudah-mudahan Tuhan-mumengangkatmu ke tempat terpuji.”
Dengan turunnya ayat ini hukum Shalat Malam menjadisunat; menghapus kewajiban Shalat Malam yang mula-mula Allah wajibkan bagi umatIslam.

Allah menetapkan ada 3 waktu shalat bagi manusia dalamsehari semalam.“Dan lakukanlah shalat padadua tepi siang, dan pada awal malam.” (11:114)
Tepi siang yang pertama adalah pada awal hari (pagi),Shalat pada waktu ini dinamakan shalat Fajar (24:58). Waktu fajar berawalketika dengan hanya mengandalkan cahaya alam kita sudah dapat membedakan benangputih dari benang hitam. Waktu fajar ini berlangsung sekitar 30 menit sampaikemudian cahaya alam menjadi terang benderang menandakan telah terbitnyamatahari. Di samping ibadah shalat, Allah menyuruh kaum muslim untuk mengkajiAl-Qur’an pada waktu fajar.
“… dan bacaan (qur’an) fajar;sesungguhnya bacaan fajar disaksikan.” (17:78)

Tepi siang yang kedua adalah pada akhir hari (petang), shalatpada waktu ini dinamakan shalat Wustha (2:238). Kita biasa mengenal waktu inidengan istila “maghrib.” Rentang waktu shalat Wustha adalah sekitar 30 menitsampai kemudian kegelapan malam datang menutupi.
“Lakukanlah shalat dariterbenam matahari sampai kegelapan malam…” (17:78)

Shalat pada awal malam dinamakan shalat Isya (24:58).yang dimaksud dengan awal malam adalah rentang 1/3 pertama dari malam. Makarentang waktu untuk shalat Isya adalah 3,5 jam pertama dari malam yaitu pukul06.30 sampai dengan pukul 10.00 malam.
Walaupun nama-nama lain tercantum di dalam Al-Qur’an’seperti dzuhur’ yang berarti ‘tengah hari,’ ‘ashar’ yang berarti ‘masa/waktu,’ tidak satupun dari nama-nama tersebut yang berhubungan dengan shalatataupun dengan waktu shalat.
“Sesungguhnya shalat ituadalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”(4:103)

Setelah mengetahui kapan shalat harus dilakukan, yang perlu dilakukan sebelumshalat adalah membersihkan diri atau yang biasa kita kenal dengan istilahwudhu. Bagian tubuh yang perlu dibersihkan ada empat, yaitu: muka, tanganhingga siku, kepala, dan kaki hingga mata kaki; dan cukup hanya dengan empatlangkah.
“Wahai orang-orang yangberiman, apabila kamu berdiri untuk shalat, basuhlah mukamu, dan tanganmusampai siku, dan sapulah kepalamu, dan kaki-kaki kamu sampai kedua mata kaki…”(5:6)

Untuk memulai ritual shalat kita berdiri menghadapkiblat. 

Sekilas Sejarah Shalat Fardhu.
“Kepunyaan Allah Timur danBarat; ke mana saja kamu berpaling di situlah wajah Allah; sesungguhnya AllahMerangkumi, Mengetahui.” (2:115)
Baitullah itu hakekatnya berada didalam qalbu. Adapunkiblat Masjidil Haram yang berada di kota Mekah dapat ditafsirkan wajib untukshalat berjamaah seperti shalat Jum’at yakni untuk menjaga shaf.
Pengumuman untuk melakukan shalat (adzan) tidakdisyaratkan di dalam ajaran Islam. Sebagian orang telah menjadikan surat 62:9sebagai rujukan tentang adanya ketentuan adzan di dalam Al-Qur’an.
“Wahai orang-orang yangberiman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari berkumpul (jumu’at),bersegeralah kepada peringatan Allah, dan tinggalkanlah jual beli; itu lebihbaik bagimu jika kamu mengetahui.” (62:9)
Ayat di atas sesungguhnya tidak memuat kata “adzan,” melainkan kata “nudiya”yang berarti “panggil.” 

Adzan berarti pengumuman, sifatnya adalah seruan untukumum. Berbeda dengan “adzan,” kata “nudiya” sebagaimana yang digunakan padasurat 62:9 bermakna “memanggil” dan ditujukan terbatas kepada orang tertentu. Karenanya kita tidak perlu mengusik ketenangan lingkungandengan berisiknya adzan melalui pengeras suara yang ditempatkan di atasmenara/kubah/atap mesjid. 

Patut dipertimbangkan bahwa sangat mungkin ada bayiyang sedang tidur, pekerja yang kelelahan, orang yang sedang sakit, maupunorang berbeda keyakinan yang terganggu dengan suara adzan itu.
Bahasa bukanlah hal penting dalam menyembah Allah. Dia tidak pernahmemerintahkan agar bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam shalatuntuk semua kaum. 

Islam itu mudah, orang-orang yang karena keterbatasanpendidikan ataupun karena usianya tidak sanggup menguasai bahasa Arab tetapdapat bermunajat kepada-Nya dengan menggunakan bahasa yang mereka mengerti. Berdiri, rukuk, dan sujud disebut berulang kali di dalam Al-Qur’an dan iniadalah gerakan ritual shalat. Al-Qur’an sama sekali tidak pernah menetapkanadanya rakaat shalat seperti yang diketahui umum.

“Bagaimana caranya shalat kalau hanya berbekal Al-Qur’an?Mana ada tata cara shalat di dalam Al-Qur’an!”
Uraian singkat di atas telah cukup memberikan bukti bahwasesungguhnya Al Quran telah berisi petunjuk jelas dan lengkap tentang bagaimanashalat fardhu dijalankan.
Tata cara shalat di dalam Al-Qur’an mungkin tidak sesuaidengan cara shalat yang umum anggap benar. Namun demikianlah yang ditetapkanAllah di dalam Kitab-Nya.

Sumber:
M Husein Haekal, “Sejarah Hidup Muhammad”

Shalat Dalam Al-Qur'an**
Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Secara kontekstual dan tersurat, tidak akan ditemukan adanya ayat yang memerintahkan sholat lima waktu didalam al-Qur’an. Akan tetapi ketiadaan keterangan mengenainya bukan berarti perintah sholat lima waktu sebagaimana dilakukan oleh umat Islam sekarang ini bertentangan dengan al-Qur’an. Karena waktu yang lima untuk sholat ini dijelaskan secara tersirat dalam beberapa ayat.
Kaum anti hadis, yaitu mereka yang enggan menggunakan sunnah ataupun hadis Nabi dengan alasan bahwa hadis telah mengalami distorsi dan susahnya memilah manakah yang benar-benar berasal dari Nabi dan mana yang buatan atau rekayasa pihak-pihak tertentu sembari mengemukakan bahwa al-Qur’an sudah cukup jelas dan terperinci sehingga tidak lagi memerlukan penafsiran ataupun tambahan dari hadis, biasanya akan mengatakan bahwa waktu sholat didalam al-Qur’an itu hanya tiga waktu bukan lima waktu, yaitu Fajar, Wusthaa dan Isya, berikut akan coba kita kemukakan bahwa pendapat yang demikian ini keliru.
"Dan dirikanlah shalat itu pada dua bagian siang (dzuhur dan ashar) dan disebagian dari malam (isya)". (Qs. Huud 11 : 11)
Ayat ini menunjukkan adanya dua waktu sholat pada dua bagian bagian siang, kita semua tahu yang disebut siang itu adalah saat matahari masih bersinar dan melampaui titik zenithnya. Kedua waktu ini bersesuaian dengan hadis mengenai adanya sholat dzuhur dan ashar. Selanjutnya diujung ayat disebut satu lagi waktu sholat yaitu pada sebagian malam, dan ini bisa merujuk pada sholat isya, sehingga dari ayat ini saja bisa diperoleh tiga waktu sholat, yaitu dzhuhur, ashar dan isya.

Hendaklah engkau mendirikan sholat diwaktu tergelincirnya matahari (maghrib) sampai kelam malam (isya) dan dirikanlah sholat subuh ... (Qs. al-Israa 17:7)
Saat matahari tergelincir yaitu saat yang disebut dengan syafaq atau senja, ayat ini merujuk akan adanya kewajiban mendirikan sholat maghrib pada waktu tersebut. Sedangkan kelam malam adalah waktu dimana matahari sudah tenggelam dan kegelapan pekat menyelimuti bumi dimana waktu-waktu ini sangat baik untuk melaksanakan sholat (lihat pula QS.al-Muzammil 73:2-4) dan sholat yang demikian bisa juga kita pahami sebagai sholat isya. Sedangkan akhir ayat secara jelas merujuk pada sholat fajar atau sholat subuh, sehingga tidak perlu kita bahas lebih jauh.

Dari kedua ayat ini saja, kita sudah memperoleh gambaran bahwa sholat itu sebenarnya memang ada lima waktu, sama seperti yang bisa ditemui dalam hadis-hadis Nabi serta yang menjadi tradisi kaum muslim dari jaman kejamannya.
Yaitu sholat Subuh, Maghrib dan Isya tercantum dalam QS.al-Israa’ 17:78 dan sholat Dzuhur dan Ashar tercantum pada QS. Huud 11:114.

Selanjutnya kita akan membahas pula surah an-Nuur yang menyatakan adanya 3 waktu sholat.
.... meminta izin kepadamu pada 3 waktu, sebelum sholat subuh dan ketika kamu melepaskan pakaianmu ditengah hari (dzuhur) dan setelah sholat Isya', itulah 3 aurat buat kamu. Tidak ada larangan atas kamu selain dari itu. (Qs. an-Nuur 24 : 5)

1. Dalam ayat ini ada istilah malakat aimanukum ada yang menterjemahkannya sebagai hamba sahaya, ada yang menterjemahkan sebagai budak dan ada pula yang menterjemahkan sebagai orang-orang yang berada dibawah tata hukum kita seperti misalnya pembantu, tukang kebun, anak-anak yang belum cukup umur dan semacamnya.
2. Bahwa ayat ini berbicara juga mengenai aurat yang terbuka, dimana harus dipahami berkenaan dengan tata krama yang harus dilakukan oleh mereka-mereka yang ada dalam istilah malakat aimanukum untuk menemui Nabi (konteks waktu itu) atau untuk bertemu dengan kita (dalam konteks sekarang) dimana ketiga waktu ini bila kita telusuri dengan logika merupakan waktu-waktu dimana kita memang secara umum sedang dalam keadaan beristirahat.
Misalnya waktu sebelum subuh, adalah waktu dimana sebagian dari kita masih ada yang terlelap dalam tidur panjang, dan sudah sama-sama dimaklumi bila kita tidur maka keadaan pakaian yang kita pakaipun akan acak-acakan, ada yang tidur dengan buka baju, ada yang hanya pakai celana pendek, ada juga yang pakai baju tidur ada juga yang memakai rok longgar yang mana bagi kaum wanita saat itu bisa saja posisinya sedang dalam keadaan tertentu sehingga dikhawatirkan pula dapat membuat syahwat bergolak.
Karenanya alasan meminta izin sebelum langsung masuk menemui kita bisa diterima secara baik.

Lalu tengah hari disebutkan saat kita menanggalkan pakaian, ini secara umum dalam konteks masa kini adalah waktu dimana kita sedang beristirahat melepas lelah, habis bersantap siang jika tidak sedang berpuasa, dan saat kita mengaso yang mana ada diantara kita melakukannya sambil tidur-tiduran, buka baju atau menggantinya dengan baju dalam karena siang hari biasanya keadaan diluar rumah sangat panas menyengat.

Demikian pula dengan waktu setelah sholat Isya', dimana kita biasanya sudah bersiap untuk tidur dan auratpun sudah tidak menjadi perhatian lagi, misalnya wanita ada yang sudah buka jilbab, ada yang menggunakan pakaian tidur longgar, yang lelaki dengan alasan panas menggunakan celana pendek, melepas baju dan sebagainya.
Jadi ketiga waktu yang disebut dalam al-Qur'an sebagai waktu terbukanya aurat ini tidak mengindikasikan masalah waktunya tiga sholat wajib melainkan tiga waktu dimana orang-orang dalam kategori malakat aimanukum harus meminta izin sebelum masuk menemui kita.Wassalam,
Kedudukan Shalat dalam Islam
Shalat tidak diragukan memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Ia adalah rukunkedua dan tiangnya agama. Rasulullah saw bersabda:“Pemimpin segala perkara (agama) adalah Islam(syahadatain) dan tiangnya adalah shalat“.[HR At Tirmidzi dalam Sunan-nya, kitab Al Iman bir Rasulillah saw no.3541 dan Ahmad dalam Musnad-nya no. 21054, At Tirmidzi berkata: “Ini haditshasan shahih]

Seluruh syariat para Rasul menganjurkan dan memotivasiumatnya untuk menunaikannya, sebagaimana Allah berfirman menjelaskan do’a NabiIbrahim as :“Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucukuorang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb kami, perkenankan do’aku.“ [QS.Ibrahiim :40]

dan Allah Ta’alamengisahkan Nabi Ismail as :“Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat danmenunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang di ridhoi di sisi Rabbnya.“[QS.Maryam:55]

Demikian juga menyampaikan berita kepada Nabi Musa as :“SesungguhnyaAku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Akudan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.“ [QS.Thaahaa :14]
Nabi Isa as menceritakan nikmat yang beliau peroleh dalam ayat Al Qur’an yang berbunyi:“Dan dia menjadikan akuseorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”[QS.Maryam :31]

Bahkan Allah Ta’ala mengambilperjanjian Bani Israil untuk menegakkan shalat. Allah Ta’alaberfirman: “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janjidari Bani Israil (yaitu):”Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orangmiskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalatdan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagiankecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.“ [QS.Al Baqarah:83]

Demikian juga Allah perintahkan hal itu pada Nabi Muhamadsaw dalam firman-Nya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamumendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak memintarizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat(yang baik) ituadalah bagi orang yang bertaqwa.“ [QS. Thaha:132]
Demikian tingginya kedudukan shalat dalam Islam sampai Rasulullah saw menjadikannya pembeda antara mukmin dan kafir.

Rasulullah saw bersabda: “Perjanjian antara aku dan mereka adalah shalat barang siapa yang meninggalkannya maka telah berbuat kekafiran.“ [ HR At Tirmidzi dalam Jami’-nya (Sunan-nya), kitab Iman Bir Rasulillah N Bab MaJa’a Fi Tarki Shalat no. 2545 dan An Nasa’I dalam Sunan-nya kitabShalat, bab Al Hukmu Fi Taarikis Shalat no.459. dengan sanad yang shahih]

Memang orang yang meninggalkan shalat akan lebih mudahmeninggalkan yang lainnya, kemudian terputuslah hubungannya dari Allah Ta’ala.Abu Bakar Ash Shiddiq menyatakan dalam surat beliau kepada Umar: “Ketahuilahperkara yang paling penting padaku adalah shalat, karena orang yang meninggalkannya akan lebih mudah meninggalkan yang lainnya dan ketahuilah AllahTa’ala memiliki satu hak di malam hari yang tidak Dia terima di siang hari dansatu hak di siang hari yang tidak diterima di malam hari. Allah tidak menerima amalan sunnah sampai menunaikan kewajiban”.[ Dinukil olehIbnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa 22/40]

SEJARAHSHOLAT
Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman [Qs. 4 an-nisaa’:103- 104]
Hai orang-orang yang beriman, Ruku’ dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu ;Berbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan [Qs. 22 al-hajj : 77]

Istilah Sholat
berasal dari kata kerjaShalaah (yang menyatakan suatu perbuatan) dan orang yangmelakukannya disebut Mushallin, sementara pusat tempatmelakukannya disebut Musholla.
Kecuali bagi orang yang mushollin (yang mengerjakan sholat) [Qs. 70 al-Ma’arij : 22]

Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu musholla (tempat sholat) [Qs. 2 al-Baqarah: 125]

Sholat merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tandasyukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan yang telahdiatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah kecuali adaketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya [Misalnyajika sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengankedipan mata saja].

Perintah sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasimuda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung, maluatau malah tidak bisa melakukannya.
Dari Amer bin Syuaib dariayahnya dari kakeknya, berkata :Rasulullah Saw bersabda: ‘Perintahkanlahanak-anakmu mengerjakan sholat disaat mereka berumur 7 tahun dan pukullahmereka jika tidak mengerjakannya saat mereka berumur 10 tahun’ [HR Ahmad dan abu daud]

Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalammengerjakannya [Qs. 20 thaahaa: 132]

Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan sholat sudah ditekankan mulai umur 7tahun dan bila sampai usia 10 tahun belum juga melaksanakannya maka kitaseyogyanya mulai diberi penegasan berupa pukulan sampai mereka maumendirikannya. ; Tentu pukulan yang dimaksud disini tidak dengan tujuanmenyakiti apalagi sampai pada tingkat penganiayaan, namun sekedar memberipengajaran dan peringatan agar mau dan tidak malas untuk sholat. Bukankahsecara paradoks siksa Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang kitaberikan dalam rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka dariazab Allah ?
Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela orang lain walausedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf serta tidak ada tebusanbaginya dan tidaklah mereka akan ditolong [Qs. 2 al-Baqarah : 48]

Namun al-Quran juga disatu sisi tidak menjelaskan secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. 

Kisah perjalanan Nabi Muhammad mengarungi angkasa raya yang disebut denganistilah Isra’ dan Mi’raj yang menceritakan awal diperintahkannya Sholat kepadaNabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis yang dianggap shahihatau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru mengandung banyakketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat al-Quran sendiri.
Menurut hadis, Isra’ dan Mi’raj terjadi sewaktu Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru menjadi salah satu hiburan bagiNabi yang baru ditinggalkan oleh sang istri tercinta dan juga paman beliau, AbuThalib dimana tahun ini disebut dengan tahun duka cita atau aamul ilzan [Drs. Abu Ahmadi, Mutiara isra’ mi’raj, Penerbit BumiAksara, hal. 27].

Sementara sejarah juga mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra’ danMi’raj, Nabi Muhammad dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah denganKhadijjah sebagaimana yang pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abuThalib yang kala itu masih remaja[MuhammadHusain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa,1998, hal. 87 – 88].

Logikanya perintah Sholat telah diterima oleh Nabi Muhammad bukan saat beliauIsra’ dan Mi’raj namun jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Qur’anyang menceritakan mengenai peristiwa Mi’raj sama sekali tidak menyinggungtentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi. [Lihat surah 17 al-israa ayat 1 dan surah 53 an-najmayat 13 s/d 18] ; Pada kedua surah tersebut hanya menekankan cerita perjalananNabi tersebut dalam rangka menunjukkan sebagian dari kebesaran Allah dialamsemesta sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi melihat wujud asli darimalaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau saksikan saat pertama mendapatwahyu di gua Hira.
Selain itu, diluar hadis Isra’ dan Mi’raj yang menggambarkan Nabi memperolehperintah Sholat pada peristiwa tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya adameriwayatkan sebuah hadis lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan ceritaMi’raj namun disana menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikatJibril.

Dari Abu Mas’ud r.a. katanya : Rasulullah Saw bersabda : turun Jibril, lalu diamenjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya,lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanyaNabi menghitung dengan lima anak jarinya – (HR Muslim) [FachruddinHS, Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu danKiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170]

Jika demikian adanya, bagaimana dengan kebenaran hadis yang dipercaya olehbanyak orang bahwa perintah Sholat baru diperoleh Nabi sewaktu isra’ dan mi’raj?
Mungkin kedengarannya ekstrim, tetapi meragukan atau malah menolak keabsahanvaliditas hadis-hadis tersebut bukanlah perbuatan yang tercela apalagi berdosa,dalam hal ini kita tidak menolak dengan tanpa dasar yang jelas, para perawihadis tetaplah manusia biasa seperti kita adanya, mereka juga bisa salah baikdisengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja atau sadari, adalah kewajiban kitauntuk melakukan koreksi jika mendapatkan kesalahan pada riwayat hadis yangmereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga kehormatannya dan berharap semogaAllah mengampuni kesalahannya.

Beberapa kejanggalan variasi cerita Isra’ dan Mi’raj diantaranya sebut sajakisah Nabi Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul maqdis dan melakukansholat berjemaah didalam masjidil aqsha bersama arwah para Nabi sebelumnya,padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru dibangun pada masapemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637 masehi saat penyerbuannya kePalestina yang mana notabene saat itu Nabi Muhammad sendiri sudah cukup lamawafat, beliau wafat tahun 632 masehi.

Cerita sholatnya Nabi Muhammad dan para arwahinipun patut mengundang pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menuruthadis itu malah raka’atnya berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima
perintah Sholat saatMi’raj sudah bertentangan padahal kisah ini terjadi detik-detik sebelum mi’rajitu sendiri.
Belum lagi ceritasholatnya para arwah Nabi pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yanglogis, masa kehidupan mereka telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad danmereka sendiri sudah menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul Allahkepada umatnya, perlu apa lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur didalamtanah itu melakukan sholat ?
Setelah selesai sholat berjemaah, lalu satu persatu para arwah Nabi dan Rasulitu memberi kata sambutannya … sungguh suatu hal yang terlalu mengada-ada,karena jumlah mereka ada ribuan yang berasal dari berbagai daerah dibelahandunia ini, baik yang namanya tercantum dalam al-Quran ataupun tidak [lihat QS 40 al-mu’min:78 dan QS17 al-israa’: 15], berapa lama waktu yang habisdiperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para arwah ini ?

Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu bertemu dan bersaksi mengenaikebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran sendiri yang menyatakan bahwapada masa kehidupan mereka dan pengangkatan mereka selaku Nabi dan Rasul, Allahtelah mengambil perjanjian dari mereka mengenai akan datangnya seorang Rasulyang membenarkan ajaran mereka sebelumnya lalu terdapat perintah tersirat agarmereka menyampaikan kepada umatnya masing-masing :Dan ketika Allah mengambilperjanjian terhadap para Nabi : ‘Jika datang kepadamu Kitab danHikmah, lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang adatentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya.’ ; Dia bertanya :‘Sudahkah kalian menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku tersebut ?’ ; Merekamenjawab : ‘Kami menyanggupinya !’ ; Dia berkata : ‘Saksikanlah ! dan Akubersama kamu adalah dari golongan mereka yang menyaksikan !’ [Qs. 3 ali imron: 81]

Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis mi’raj adalah saat Nabi Muhammaddiberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk penawaranjumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam, apakahsedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saranberkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAHsampai 9 kali pulang pergi ?
Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam cerita tersebut denganmenganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan keterbatasan umat NabiMuhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban kewajiban yang pastitidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa itu harus turutcampur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih dari sekali sajasebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang Israel atau Yahudiyang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas yang lain) ?
Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih akan diterima dan dipertahankanhanya untuk mempertahankan dalil turunnya perintah Sholat, sementara al-Qur’ansendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru tidak berbicara apa-apatentang hal tersebut ?

Tidak diragukan bahwa Nabi Muhammad pernah melakukan Isra’ dan Mi’raj karenahal ini ada didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perludiragukan pula bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslimsebab inipun banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis lain,bahkan sholat merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi dan Rasul dalamsemua jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum muslimin bisa menerima semuariwayat hadis yang isinya secara jelas mempunyai pertentangan dengan al-Qurandan logika, sehingga akhirnya hanya akan menyerahkan akal pada kebodohanberpikir, padahal Allah sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikirdidalam membaca ayat-ayat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar